PERTENTANGAN
KEBENARAN
DAN KEMUNAFIKAN
(Lukas 12: 49-56)
S
|
emua orang senang hidup
rukun, damai dan tenteram. Sedapat mungkin menghindari ketegangan atau
pertentangan. Jika ada masalah hendaknya secepatnya diselesaikan atau dicarikan
solusi. Suasana rukun, damai dan tenteram harus dipelihara.
Tetapi bagaimana dengan firman Tuhan Yesus minggu ini: “Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan. Karena mulai dari sekarang akan ada pertentangan antara lima orang di dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga. Mereka akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya.” (ay.51-53). Bahkan Tuhan Yesus mengawalinya mengatakan: "Aku datang untuk melemparkan api ke bumi …” (ay.49). Apakah maksud-Nya? Apakah Yesus mau mengacaukan keluarga dan masyarakat? Tentu tidak! Sebelum Yesus datang ke dunia masyarakat dan banyak keluarga, sudah mengalami kekacauan, sebab kekacauan itu sudah melekat dalam hidup manusia. Kekacauan dalam keluarga biasanya soal warisan, soal menantu, soal pengeluaran uang, soal menyekolahkan anak, soal biaya pengobatan, soal hari tua, dsb. Suasana kacau sudah ada. Jadi kekacauan bukan karena Tuhan Yesus. Tuhan Yesus datang membawa ajaran baru tentang Kerajaan Allah, tentang cinta kasih dan tentang persaudaraan.
Tuhan Yesus sadar bahwa ajaran-Nya akan membawa pertentangan. Dengan kata lain, Tuhan Yesus memang mengizinkan adanya pertentangan di mana-mana, tetapi bukan pertentangan siapa menang siapa kalah, bukan pertentangan soal kuasa, bukan pertentangan soal kekayaan, tetapi pertentangan untuk mencari kebenaran. Yesus adalah kebenaran dan hidup. Pertentangan itu terjadi karena ada orang yang sudah mau menerima Yesus, berhadapan dengan orang yang menutup diri dari kebenaran yaitu orang munafik. Yesus datang membawa pemisahan jelas antara kebenaran dan kepalsuan, antara ketulusan dan kejahatan, antara keselamatan dan kebinasaan, antara kehidupan dan maut, antara terang dan gelap. Tindakan Yesus yang memutus ikatan yang rusak inilah yang dirasakan sebagai kehadiran Yesus yang membawa pertentangan. Kolusi dan nepotisme sekarang ini dipahami sebagai bentuk relasi yang tidak baik. Setiap orang kristen sekarang ini diajak untuk melepaskan diri dari keterikatan dalam relasi-relasi yang tidak berkenan pada Tuhan dan mengarahkan hidupnya untuk membina relasi yang baru, baik, sehat, dan bermartabat di dalam Tuhan dan sesama. Selamat hari Minggu.
Tetapi bagaimana dengan firman Tuhan Yesus minggu ini: “Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan. Karena mulai dari sekarang akan ada pertentangan antara lima orang di dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga. Mereka akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya.” (ay.51-53). Bahkan Tuhan Yesus mengawalinya mengatakan: "Aku datang untuk melemparkan api ke bumi …” (ay.49). Apakah maksud-Nya? Apakah Yesus mau mengacaukan keluarga dan masyarakat? Tentu tidak! Sebelum Yesus datang ke dunia masyarakat dan banyak keluarga, sudah mengalami kekacauan, sebab kekacauan itu sudah melekat dalam hidup manusia. Kekacauan dalam keluarga biasanya soal warisan, soal menantu, soal pengeluaran uang, soal menyekolahkan anak, soal biaya pengobatan, soal hari tua, dsb. Suasana kacau sudah ada. Jadi kekacauan bukan karena Tuhan Yesus. Tuhan Yesus datang membawa ajaran baru tentang Kerajaan Allah, tentang cinta kasih dan tentang persaudaraan.
Tuhan Yesus sadar bahwa ajaran-Nya akan membawa pertentangan. Dengan kata lain, Tuhan Yesus memang mengizinkan adanya pertentangan di mana-mana, tetapi bukan pertentangan siapa menang siapa kalah, bukan pertentangan soal kuasa, bukan pertentangan soal kekayaan, tetapi pertentangan untuk mencari kebenaran. Yesus adalah kebenaran dan hidup. Pertentangan itu terjadi karena ada orang yang sudah mau menerima Yesus, berhadapan dengan orang yang menutup diri dari kebenaran yaitu orang munafik. Yesus datang membawa pemisahan jelas antara kebenaran dan kepalsuan, antara ketulusan dan kejahatan, antara keselamatan dan kebinasaan, antara kehidupan dan maut, antara terang dan gelap. Tindakan Yesus yang memutus ikatan yang rusak inilah yang dirasakan sebagai kehadiran Yesus yang membawa pertentangan. Kolusi dan nepotisme sekarang ini dipahami sebagai bentuk relasi yang tidak baik. Setiap orang kristen sekarang ini diajak untuk melepaskan diri dari keterikatan dalam relasi-relasi yang tidak berkenan pada Tuhan dan mengarahkan hidupnya untuk membina relasi yang baru, baik, sehat, dan bermartabat di dalam Tuhan dan sesama. Selamat hari Minggu.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar