APAKAH AKU SUDAH BERIBADAH?
Ibadah adalah merupakan persoalan atau
urusan pribadi seseorang kepada Tuhan-Nya, yang tidak begitu perlu dicampuri
oleh orang lain, kata kebanyakan orang. Dengan pernyataan ini orang makin
banyak yang tidak perduli dengan tuntutan beribadah. Ibadah adalah merupakan
bentuk komunikasi persekutuan kita dengan Tuhan, di dalamnya ada penyerahan
diri, kerendahan hati, ketulusan dan kesungguhan, kesetiaan serta pengabdian
diri kepada siapa kita beribadah, termasuk juga buah dari pemahaman kita akan
hidup, pekerjaan. Sehingga dapat juga dikatakan, segala apa yang dapat kita
lakukan dalam kehuidupan kita sehari hari, apakah itu sudah merupakan dan menjadi ibadah kita?
Kalau kita kembali
melihat, bagaimanan sikap sebagian banyak orang dalam hal mengapresiasikan
ibadahnya, seperti: melakukan sesuatu yang “baik“ hanya untuk dipuji, datang ke
gereja dan partangiangan, memberikan persembahan hanya untuk memperlihatkan
“kesalehan“ dan juga menolong orang lain supaya “dituruti“ dan bahkan melakukan
puasa dalam pemahaman tidak makan dan tidak minum dalam rentang waktu yang dia
tentukan. Padahal puasa bukan persoalan
makan dan minum, tetapi adalah persoalan hati, kejujuran, perilaku baik, adanya
kepedulian sosial yang nyata dalam kehidupan sehari hari. Ada juga yang
melakukan puasa hanya untuk membenarkan diri dan kesempatan untuk menghakimi
orang lain, menentukan segala sesuatu untuk orang lain lakukan sesuai dengan
ketentuan yang dia tetapkan sendiri. Dalam hal ini Tuhan berkata: “Aku muak
dengan ibadahmu“ (ay.4-5 bnd. Amos 5:21).
Apakah Ibadah yang sesunguhnya yang
berkenan kepada Tuhan? menegakkan
keadilan dan kebenaran, katakan: ”Ya” kalau “YA “ dan “TIDAK “ kalau “TIDAK”.
Membangun kepedulian sosial dalam kasih dan kejujuran dan ketulusan hati,
menghilangkan kemunafikan dan kepalsuan serta arogansi iman. Dengan melakukan
semuanya itu, berkat Tuhan akan tercurah buat si pelaku Firman Tuhan, terang
kemuliaan Tuhan akan melingkupi hidupnya, dan menjadi seperti sumber air yang
tidak akan pernah kering. Dengan demikian juga kita telah memelihara “Sabat”
yaitu mengarahkan segala kehidupan kita untuk tidak akan pernah lagi dikuasai,
diikat oleh kebiasaan buruk, kehidupan palsu, serta bagaimana kita meleburkan diri ke dalam kebebasan,
pengampunan dosa, keselamatan yang Yesus telah lakukan untuk dunia ini,
terutama bagi mereka yang percaya kepada Yesus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar