Bukan Generasi “KaLuKu”
K
|
ita tentu
pernah mendengar ungkapan seperti Kacang
Lupa Kulitnya (selanjutnya disingkat KaLuKu).
Tidak ada orang tua yang mengkehendaki anak-anaknya tumbuh menjadi anak-anak
seperti itu. Betapa hancurnya
perasaan orang tua bila anaknya berprilaku demikian.
Sedini mungkin, Musa telah
memperingatkan umat-Nya untuk melakukan apa yang dikehendaki Allah. Itu
sebabnya berulang kali aturan, ketetapan Allah diberitahukan Musa sebelum Israel
tiba di Kanaan. Salah satu yang diperintahkan Allah ialah tentang
mempersembahkan hasil pertama dari pekerjaan mereka. Allah mengatakan “Yang terbaik dari
buah bungaran hasil tanahmu haruslah kaubawa ke dalam rumah TUHAN, Allahmu (Kel.
23:19a).” Perintah tersebut disampaikan berulang-ulang sebab Allah telah
mengetahui kelemahan umat-Nya yaitu mudah tergoda dan berpaling kepada allah
lain (31:20).
Sedikitnya
ada tiga hal yang menjadi perenungan dalam khotbah minggu ini. Pertama,
menjadi generasi yang berhutang budi. Ini bukan persoalan berapa
trilyun hutang Indonesia saat ini melainkan generasi Israel baru yang menikmati
penggenapan janji Allah, sementara generasi masa lalu (leluhur Israel) yang
menerima janji tersebut. Jika demikian, Israel generasi baru tidak boleh
sombong dengan pencapain mereka. Justru Israel generasi baru berhutang kepada
generasi sebelumnya. Israel generasi baru harus menjalankan perintah Allah,
hidup dalam ketaatan sebab merekalah yang menikmati buah manis janji Allah.
Kedua,
bersyukur dan bersujud. Umat yang bersyukur adalah umat yang memahami sejarah
perjuangan bangsanya dan karya Allah di dalamnya. Allah membebaskan umat-Nya
yang tersiksa di tanah Mesir. Syukur yang didasari oleh pengenalan yang
demikian semakin memotivasi umat hidup dalam kerendahan hati. Bila itu terjadi,
bukan hanya materi yang dipersembahkan sebagai ungkapan syukur melainkan juga
totalitas hidup yang bersujud karena menyadari Allah selalu di hadapannya. Ketiga, menjadi berkat. Di dalam
berkat yang kita terima, ada hak orang lain juga di dalamnya. Karena itu, umat
yang menyadari karya Allah di dalam hidupnya selalu rindu berbagi kepada sesama
termasuk yang berbeda keyakinannya.
Jemaat
terkasih, yang merayakan Tahun Keluarga di
2016 ini, meminjam istilah Paulus, kita adalah pribadi, keluarga yang
berhutang! Ingatlah, berkat Tuhan yang kita terima selama ini juga merupakan
janji Tuhan kepada ompung dan orang
tua kita di masa lalu. Mereka yang menerima janji itu mungkin saja belum merasakan
penggenapannya. Kitalah dan generasi selanjutnya yang menerima penggenapannya.
Karena itu, sepantasnyalah kita bersyukur kepada Tuhan dan menghargai mereka
sang penerima janji. Dengan demikian, kita tidak disebut sebagai generasi KaLuKu melainkan generasi KaMeKu (“Kacang Mengingat Kulitnya”). Tuhan Yesus selalu mengingat dan
menyertai kita. Apakah kita juga selalu mengingat-Nya (bdk. KJ No. 344)? Selamat
beribadah. Selamat hari minggu. Pegang teguh janji Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar