Mengekang Lidah
(Yakobus 3:1-12)
S
|
ebuah kisah datang dari zaman filsuf Socrates.
Seorang tamu menjumpai Socrates dan bertanya, “Socrates, apakah Anda tahu
tentang apa yang baru saja terjadi mengenai sahabatmu?” “Tunggu sebentar,”
jawab Socrates. “Sebelum Anda menceritakan apa pun tentang sahabatku, saya akan
memberikan suatu tes sederhana. Ini disebut Tes Tiga Filter.” “Tiga Filter?”
tanya tamunya keheranan. “Benar,” kata Socrates. Filter pertama yaitu kebenaran, “Apakah Anda yakin
sepenuhnya bahwa yang akan Anda katakan pada saya itu benar?” “Tidak,” jawab
orang itu. “Sebenarnya saya hanya mendengar tentang itu, dan…”
“Baik,”
kata Socrates, “jadi Anda tidak yakin bahwa berita itu benar. Sekarang kita
lanjutkan dengan filter kedua, yaitu kebaikan.
Apakah yang akan Anda katakan tentang sahabat saya itu sesuatu yang baik?”
tanya Socrates. “Tidak, malah sebaliknya…” jawab orang itu. “Jadi,” lanjut
Socrates, “Anda akan berbicara tentang sesuatu yang buruk tentang dia, dan Anda
tidak yakin apakah itu benar. Mari kita gunakan satu filter lagi, yaitu kegunaan. Apakah yang akan Anda katakan
itu berguna bagi hubungan kami?” tanya Socrates. “Tidak, sama sekali
tidak,”sahut orang itu. “Jadi,” simpul Socrates, “bila Anda ingin mengatakan
sesuatu yang belum tentu benar, buruk, dan bahkan tidak berguna, mengapa Anda
mengatakannya kepada saya?”
Kisah
pendek di atas mengingatkan betapa bahayanya jika lidah tidak dikekang. Ia bisa
menyampaikan kabar buruk, menyesatkan, dan merusak persekutuan. Sebaliknya,
dengan lidah yang dikekang, orang-orang akan berlomba menyampaikan kebaikan,
kebenaran, dan yang bermanfaat. Yesus juga pernah berkata, “Karena menurut
ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum” (Mat.
12:37). Meski orang berkata, “Dengan ini
saya mencabut perkataanku itu” atau
“Mohon maaf atas kesalahanku,” namun dampak kata-kata tersebut tidak
serta-merta tercabut hanya dengan minta
maaf. Setiap orang akan mempertanggungjawabkan setiap perbuatan dan
perkataannya.
Lidah
memang kecil tapi dampaknya luar biasa. Ia dapat membangun dan meruntuhkan;
memperbaiki dan merusaki; memotivasi dan mencaci maki. Yakobus berkata, “…lidah, walaupun suatu
anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar” (ay.5).
Seperti api, sekalipun kecil, namun dapat membakar dan menghanguskan ratusan
bahkan ribuan hektar hutan.
Sebenarnya tidak ada yang
salah dengan lidah. Ia sama seperti ciptaan Tuhan lainnya yang mendapat
predikat “sungguh amat baik” dari Sang Pencipta (Kej.1:31). Jika demikian,
manusialah yang harus mengendalikan tubuhnya, termasuk lidahnya, untuk
memuliakan-Nya. Itu sebabnya Paulus dan penulis Amsal berkata “Hendaklah kata-katamu
senantiasa penuh kasih, jangan hambar, lemah lembut, mengeluarkan pengetahuan,
dan memberi kehidupan” (Kol. 4:6, Ams 15:1, dyb).
Kini,
peran lidah (mulut) telah banyak diambil alih jari untuk membuat status. Hendaklah SMSmu, FBmu, WAmu, Twittermu, dst penuh kasih, jangan hambar, nikmat dan sehat. Selamat hari
minggu dan beribadah. Pegang teguh janji Tuhan.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar