Awas, Kristen Suam-suam Kuku
(Wahyu 3:14-22)
Jemaat
Laodikia adalah salah satu jemaat yang menerima surat Wahyu. Jemaat tersebut
mendapat penilaian terburuk dari Tuhan Yesus. Kecaman Yesus terhadap jemaat
tersebut sungguh keras “jadi karena engkau
suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari
mulut-Ku…engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang” (ay.
16-17). Dimuntahkan dari mulut Tuhan? Jangan sampai deh. Apakah sebabnya sehingga Tuhan Yesus memberi predikat Kristen suam-suam kuku terhadap jemaat Laodikia,
bukan Kristen tangguh?
Sebenarnya,
banyak kelebihan yang membuat kota Laodikia terkenal. Beberapa di antaranya, pertama, sebagai salah satu pusat
perdagangan pada zamannya, sudah dapat dipastikan bahwa uang yang beredar di
Laodikia sangat banyak. Kedua,
penghasil wool yang bermutu. Industri wool yang sangat terkenal di Laodikia
adalah Trimita. Tidak heran jikalau harganya yang mahal ikut mendongkrak status
sosial pemakainya. Jemaat Laodikia pun banyak menggunakan wool tersebut saat
beribadah di gereja. Ketiga, produsen
obat salep. Laodikia juga terkenal dengan industri farmasi penghasil obat salep
mata dan telinga yang mujarab. Banyak orang yang mengalami kesembuhan setelah
menggunakan obat salep tersebut.
Akan
tetapi, serangkaian kehebatan, kemakmuran, dan kebanggaan Laodikia itu justru
membuat penduduknya dan jemaatnya menjadi tinggi hati. Mereka tidak merasakan
ketelanjangan dan kebutaan rohani karena prestasi dan gengsi. Stabilitas
ekonomi dan keamanan menjadi tujuan. Bagaimana dengan hidup peribadahan? Ya,
suam-suam kuku. Tidak panas, tidak dingin. Dikatakan tidak percaya, tidak.
Tetapi, dikatakan percaya juga tidak. Sesungguhnya mereka rajin beribadah,
memberi persembahan, perpuluhan, dan ucapan syukur. Bagi mereka, tanggung jawab
orang Kristen hanya itu. Tidak lebih. Memang, pendapat gereja Laodikia meroket
tajam, namun vitalitasnya (semangat, greget)
melorot drastis. Sekedar menggelinding.
Pengalaman demian
bukan tidak mungkin merebak di zaman modern ini. Bukankah hidup yang mapan dan
keadaan tanpa gangguan yang berarti, sering membuat hidup beribadah kurang
bergairah? Ditambah lagi kemajuan zaman seakan membuat segala sesuatu serba mudah dan murah diraih. Banyak orang terpikat dengan tawaran dan jawaban
teknologi yang semakin hari semakin canggih dan menggoda. Dampaknya, manusia
tak lagi mendengar pintu hati yang diketuk Tuhan. Jika itu terus terjadi, bukan
tidak mungkin tegoran dan hajaran Tuhan datang kembali.
Iman Kristen bukan anti kemajuan zaman, kekayaan,
kehormatan (hasangapon), inovasi,
dst. Justru kekristenan dipanggil hadir dan berkontribusi sehingga umat manusia
semakin beradab di zaman yang terus berubah, selamat hari Minggu. Selamat beribadah.
Pegang teguh janji Tuhan! Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar