Tak lupa Kacang akan Kulitnya
Ibrani 13: 1-15
Biasanya
kita mendengar ungkapan “seperti kacang
lupa akan kulitnya.” Ungkapan itu menggambarkan sikap seseorang yang lupa
asal-usulnya, lupa budi baik, jasa seseorang yang membesarkannya, dst. Namun,
tidak sedikit pula orang yang tetap mengingat asal-usulnya, budi baik atau
jasa-jasa orang yang membesarkan. Seperti untaian sebuah lagu, “Dan bila aku berdiri, tegak sampai hari ini,
bukan kar’na kuat dan hebatku…Semua karena cinta…T’rimakasih cinta.”
Sebahagian orang mengganti kata “cinta” dalam lagu tersebut dengan kata “Tuhan”.
Betul sekali, semua karena Tuhan! Mereka-mereka itulah yang disebut seperti “Tak lupa kacang akan kulitnya.” Lalu
apakah yang dapat diperbuat orang-orang
yang telah merasakan cinta Tuhan?
Firman
Tuhan yang disampaikan penulis surat Ibrani mengajak “Peliharalah kasih persaudaraan!” (Keep on loving one another as
Christian brothers). Perintah tersebut diberikan bukan pada saat orang
Kristen sedang aman dan nyaman, melainkan pada situasi hidup terancam karena
iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Pada waktu itu, karena kuasa Injil Tuhan,
semakin banyak orang yang percaya kepada-Nya, termasuk orang Yahudi. Akan
tetapi bagi komunitas Yahudi, jika seseorang meninggalkan keyahudiannya dan menjadi
pengikut agama lain, termasuk agama Kristen, maka yang bersangkutan akan
dikucilkan dan dikeluarkan dari komunitas Yahudi. Selain itu, mereka juga akan
terus diburu dan dibunuh oleh para penguasa. Lalu, jika kekristenan dianggap
sebagian orang tidak dapat memberi jaminan, bukankah tidak sedikit orang yang
tergoda untuk meninggalkannya?
Di
tengah-tengah ancaman seperti itu, perintah untuk tetap memelihara kasih
persaudaraan, terus berkumandang. Dari siapa orang percaya belajar memelihara
kasih persaudaraan? Pertama, tokoh Alkitab. Tokoh-tokoh seperti Abraham, Ishak,
dan Yakub, adalah sebahagian pribadi yang namanya tetap terukir indah di dalam
Alkitab. Mengapa? Karena iman mereka kepada Tuhan. Mereka menjalani hidup dalam
berserah diri meski gelombang pergumulan tak kunjung berhenti. Kedua,
pengalaman iman secara pribadi maupun bersama. Pengalaman menyenangkan ataupun
menyakitkan, menyimpan berjuta makna. Jika terus digali, dia dapat menjadikan
pribadi yang terlatih.
Ketiga,
Yesus Kristus setia. “Baik kemarin, hari
ini, sampai s’lamanya, Yesus Kristus tak berubah, puji nama-Nya…” demikian
penggalan sebuah lagu. Dia telah mempersembahkan hidup-Nya untuk menyelamatkan
manusia. Memang banyak tokoh iman yang diceritakan Alkitab, namun mereka juga
memiliki keterbatasan. Akan tetapi Yesus Kristus melampui para tokoh tersebut.
Di dalam Kristus segala sesuatu telah disempurnakan. Demikianlah ketiganya
menjadi pegangan orang percaya untuk semakin mengandalkan Tuhan dalam hidupnya
sehingga tak lupa kacang akan kulitnya.
Selamat beribadah. Selamat hari minggu. Pegang teguh janji Tuhan!
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar