Perjumpaan yang Menyadarkan
(Yesaya
6:1-8)
Adakah orang Kristen yang
pernah menyadari bahwa ibadahnya tak mengubah sifat dan perilaku hidupnya? Atau
pernahkah menyadari bahwa dosanya,
persembahannya hanyalah rutinitas semata? Hal itu pernah dialami bangsa Israel.
Allah sendiri, melalui nabi Yesaya, yang mengatakannya. Israel sangat aktif
dalam perayaan ibadah hari-hari besar. Mereka juga rajin berdoa dan
mempersembahkan korban bakaran kepada Tuhan. Tetapi anehnya, Alkitab mencatat
bahwa perbuatan tercela pun tetap mereka lkakukan (1:11-17). Dengan kata lain
rutinitas beribadah dan aktivitas kekejian dan kengerian berbanding lurus. Memang
rajin berdoa dan rajin beribadah, namun rajin pula melukai hati sesama dan
Allah. Sepertinya, ibadah yang hanya manis di bibir saja.
Di tengah keadaan seperti
itulah, Allah menampakkan diri-Nya kepada Yesaya dalam sebuah penglihatan,
sebagaimana teks khotbah minggu ini. Perjumpaan itu menyadarkan kembali bahwa,
Pertama. Allah itu Kudus. Bait Allah pun
disebut sebagai bait kudus. Artinya dikhususkan untuk Allah. Oleh karena kasih
Allah maka orang berdosa diperkenankan masuk ke dalam kekudusan-Nya. Oleh
karena itu hormatilah kekudusan Allah dan hiduplah dalam kekudusan karena
hidupmu adalah ibadahmu. Dengan demikian masih tegakah menduakan Allah?
Kedua, mengenal diri. Setelah melihat
kemuliaan Allah. Yesaya berkata, "Celakalah
aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di
tengah-tengah bangsa yang najis bibir,….(ay.5). Sangat menarik melihat
terjemahan kata “Celakalah aku”
dan “Sebab
aku ini seorang yang najis bibir” dalam Alkitab Bahasa Simalungun menjadi “bursik ma ahu!” dan “jolma parbibir na mabutak do ahu.” Betul-betul
perjumpaan yang menyadarkan akan ketidaklayakan diri di hadapan Allah. Hal yang
sama juga pernah dilakukan seorang pemungut cukai ketika masuk bait Allah. “Tetapi pemungut cukai itu berdiri
jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul
diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.”
(Luk.18:13). Tidak ada nada kesombongan. Mengapa? Karena kita adalah orbuk
(debu tanah). Orbuk kok sombong?
Ketiga, bersedia
diutus. Karena kasih Allah, orang yang sadar diri dan mengahargai kekudusan-Nya
akan dipilih dan diperlengkapi-Nya. Apakah kita adalah pilihan Allah atau yang
dibiarkan Allah terpilih? Musa, Yosua, Daud, Salomo, Yesaya adalah sebagian
orang pilihan Allah, namun Saul dibiarkan Allah terpilih. Apa misi Allah kepada
Yesaya? Allah mengatakan “Patangkang ma
roha ni bangso on, jala mingori pinggolnasida, jala pitungi matanasida,… unang
muba manang malum hilalaonna.”(ay.10). Terkadang Allah mengutus
anak-anak-Nya ke tengah-tengah situasi, kondisi yang tidak nyaman. Apakah orang
Kristen sadar bahwa banyak orang yang diutus Tuhan untuk memberitakan
pertobatan? Namun sepertinya banyak yang tidak perduli. Mengapa? Semoga bukan
karena “nunga dipatangkang Debata roha i?.”
Selamat beribadah. Selamat hari Minggu. Tuhan
Yesus memberkati.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar