Meski musim kampanye telah
berlalu, namun kita selalu ingat kebiasaan yang terjadi pada masa itu. Mulai
dari pengenalan partai, program kerja, janji-janji caleg, capres-cawapres, hingga ajakan untuk memilih:
“Jangan sampai salah pilih. Jangan pilih
yang suka janji-janji. Pilihlah yang sudah teruji dan terbukti!”
Saudara, siapakah yang
layak menyandang sebutan “Yang sudah
teruji dan terbukti?” Kita pasti setuju bahwa yang layak menyandang sebutan
itu hanyalah Allah Pencipta alam semesta. Mulai kisah penciptaan dalam kitab
Kejadian hingga bumi baru dalam kitab Wahyu, para penulis ke-66 kitab dalam
Alkitab selalu menyaksikan bahwa Allah mengasihi dan memelihara umat dan
ciptaan-Nya.
Hari ini, di tempat ini,
penulis kitab Mazmur 76 mengingatkan orang Kristen tentang Allah yang setia,
yang terkenal akan keperkasaan dan keagungan-Nya. Nyanyian Asaf berasal dari
racikan pengalaman umat Allah yang sepertinya, meminjam judul sebuah film, Impossible Mission, namun akhirnya
terbebas dari penjajahan Mesir, Babilonia, dan masih banyak kesulitan-kesulitan
besar lainnya.
Ketika pemazmur
merenungkan betapa baiknya Tuhan itu: Dia adalah Allah yang mendengar; Dia
adalah Allah yang berpihak pada yang lemah, pertanyaannya: apa dampaknya bagiku
dan bagimu? Istilah anak muda sekarang “So
what gitu loh?” Bukankah tidak
sedikit yang masih bertanya-tanya “Mengapa keadaanku tak berubah menjadi lebih
baik, bahkan semakin resah dan gelisah, susah dan sengsara?” “Mengapa ayah dan
ibuku selalu ribut, tak kunjung rukun?” “Mengapa orangtuaku pilih bulu dan tak
mengerti aku?” “Mengapa anak-anakku tak mengerti, tak peduli kami orangtuanya?”
“Mengapa kekerasan, penindasan, ketidakadilan, kemiskinan, kesewenang-wenangan
tak kunjung berakhir?” Namun pepatah lama yang tetap bermakna, menyapa “Dari pada mengutuki kegelapan lebih baik
menyalakan sebatang lilin.” Jika Allah mendengar dan berpihak pada yang
lemah bukan berarti hidup tanpa masalah melainkan orang percaya dimampukan
menyikapi masalah dengan arif.
Gerakan Impossible Mission masa kini tidaklah harus selalu revolusi.
Terkadang evolusi, perlahan-lahan namun menuju kepastian. Salah satunya tampak
pada hari ini, di gereja ini, berlangsung peneguhan sidi. Pembelajaran yang
berlangsung mulai awal Agustus 2014 yang lalu (bertemu 2 kali seminggu, setiap
Jumat dan Minggu dengan durasi setiap tatap muka 90-120 menit) dan puncaknya dalam retreat di Ciloto, pada 30
April - 2 Mei lalu, bersama Bapak Drs. Firman Tambunan dan Prof. Dr. Sanggam
Manalu serta didampingi oleh 3 pendeta, beberapa majelis, dan panitia retreat
dari orang tua pelajar sidi. Doa dan harapan semoga mereka menjadi putra-putri HKBP yang bertumbuh, berbuah,
dan berdampak dalam iman, ilmu, dan budaya. Tekun dalam proses pembentukan
ibarat kepompong hingga menjadi kupu-kupu yang indah.
Selamat hari minggu. Selamat beribadah. Selamat menerima
peneguhan Sidi. Selamat juga atas keputusanmu memilih Yesus, bukan yang lain.
“…Ho
tongtong ihuthononku… ala nii martua au” (BE No. 697). Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar