HATI
YANG TERTEMBUS
(KISAH
PARA RASUL 2: 22-38)
A
|
ku sudah lama mudah naik darah. Aku serba kuatir,
mudah tersinggung dan egois sekali. Setiap orang mengatakan bahwa aku harus
berubah. Dan setiap orang terus-menerus menekankan, betapa mudah aku menjadi
marah. Aku sakit hati terhadap mereka, biarpun sebetulnya aku menyetujui
nasehat mereka. Aku memang ingin berubah, tetapi aku tidak berdaya untuk
berubah, betapapun aku telah berusaha. Aku merasa paling tersinggung ketika
sahabat karibku juga mengatakan, bahwa aku mudah naik pitam. Ia juga
terus-menerus mendesak supaya aku berubah. Aku mengakui bahwa ia benar,
meskipun aku tidak bisa membencinya. Aku merasa sama sekali tak berdaya dan
terpasung.
Namun pada suatu hari ia berkata
kepadaku: “Jangan berubah! Tetaplah
seperti itu saja. Sungguh, tidak jadi soal, apakah engkau berubah atau tidak.
Aku mencintaimu sebagaimana kau ada. Aku tidak bisa tidak mencintaimu.”
Kata-kata itu berbunyi merdu dalam telingaku: “Jangan berubah. Jangan berubah. Jangan berubah ... Aku mencintaimu.”
Dan aku menjadi tenang. Aku mulai bergairah. Dan, oh, sungguh mengherankan, aku
berubah! Sekarang aku tahu, bahwa aku tidak dapat benar-benar berubah, sebelum
aku menemukan orang yang tetap akan mencintaiku, entah aku berubah atau tidak. Engkau mencintaiku seperti itu, Tuhan? (Burung Berkicau, Anthony de Mello SJ,
Yayasan Cipta Loka Caraka, Cetakan 7,1994).
Apa yang terjadi pada saat
pertobatan Rasul Paulus. “Jawab Saul: ‘Siapakah Engkau, Tuhan?’ Kata-Nya: “Akulah
Yesus yang kauaniaya itu. Sukar bagimu menendang ke galah rangsang.” Dan ia mengigil ketakutan dan berkata: “Tuhan,
apa yang engkau ingin aku lakukan?” (Kis. 9:5-6). Juga terjadi kepada kepala penjara Filipi. Ia dengan
gemetar tersungkurlah ia di depan Paulus dan Silas, sambil berkata: “Tuan-tuan, apakah yang harus aku
perbuat, supaya aku selamat?” (Kis.16:29-30).
Ketika
pada hari Pentakosta, Petrus mengkhotbahkan bahwa Allah telah membuat Yesus,
yang disalibkan menjadi Tuhan dan Kristus", membuahkan pertobatan sejati. Mendengar
khotbah Petrus itu hati orang-orang Israel sangat terharu…” (Kis.2:37).
Kata Yunani yang diterjemahkan dengan “sangat
terharu” ini berarti “menembus,
menyengat dengan tajam”. Menunjukkan emosi yang menyiksa, yang membuat hati
tertembus, seolah tersengat, menembus hati mereka. Dengan emosi yang menyiksa
mereka berseru, “Apakah yang harus kami perbuat,
saudara-saudara?” (Kis.2:37). Yang harus kita perbuat adalah, perlunya hati
yang tertembus. Yaitu pertobatan yang tidak terjadi dalam pikiran. Tetapi
terjadi dalam hati. “Karena dengan hati
orang percaya dan dibenarkan” (Roma 10:10). Tanpa tusukan Roh Kudus
dalam hati, tidak akan terjadi pertobatan riil. Hati yang tertembus oleh Yesus,
oleh kematian-Nya sebagai pembayaran atas dosa kita, oleh Darah-Nya yang
menyucikan dosa-dosa kita. Apakah yang
harus saya perbuat? Hatimu telah ditembus Roh Kudus. Bertobatlah! Amin.
Selamat Hari Minggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar