WASPADAH, JANGAN SESAT
(Markus
13: 1-8)
Pesta Gotilon
(Panen atau menuai) telah menjadi salah satu tradisi di gereja HKBP atau
barangkali di gereja-gereja lain juga, dilakukan sekali setahun. Sejak awal
para misionaris hingga berdirinya Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), telah
menggiatkan pesta gotilon sebagai salah satu pesta gereja tahunan, yang
dilakukan setelah selesai panen. Makna yang ditanamkan untuk mensyukuri hasil
panen yang dipercaya sebagai berkat Tuhan. Jemaat kaum ibu dihimbau untuk membawa
serta hasil tanamannya terutama hasil dari sawah atau ladang berupa beras atau
padi, buah-buahan, lampet atau sagusagu (kue tradisional batak terbuat dari
tepung beras). Biasanya itu dibawa dalam tandok (sumpit tradisonal Batak).
Lampet atau sagusagu dimakan bersama oleh seluruh warga jemaat yang hadir setelah
kebaktian Minggu. Sedangkan beras atau padi itu disimpan dalam lumbung gereja
atau dijadikan dalam bentuk uang. Kaum bapak dan Naposobulung (pemuda-pemudi)
membawa persembahannya berupa uang yang dimasukkan dalam amplop. Semua
persembahan diperuntukkan untuk dana keperluan operasional gereja. Tradisi ini
hingga sekarang masih terus dipertahankan oleh HKBP, baik yang berada di daerah
perantauan perkotaan di mana warga jemaatnya tidak lagi hidup dari hasil
pertanian. Pesta Goliton terinspirasi oleh tradisi keagamaan umat Israel dalam
kitab Keluaran 23: 10-19 memerintahkan tiga macam perayaan (ayat 10-12):
tentang tahun Sabat dan hari Sabat. (ayat 15) tentang hari raya Roti Tidak
Beragi. (ayat 16) tentang hari raya menuai (Pesta Gotilon). Dalam perayaan
Pesta Gotilon, semua umat Israel datang menghadap Tuhan (Kel. 23:17) dan
membawa yang terbaik dari buah bungaran (yang pertama keluar) hasil tanah (Kel.
23: 19). Pesta Gotilon ini biasa juga disebut Pesta Pentakosta (ke-50) karena
dirayakan 50 hari sesudah hari raya Roti Tidak Beragi. Hari raya Roti Tidak
Beragi dirayakan untuk memperingati keluarnya bangsa Israel dari perbudakan di
Mesir yang biasa disebut Paskah. Dalam perayaan Kristen saat ini, maka Pesta
Gotilon sama dengan peringatan Turunnya Roh Kudus yang sering kita sebut hari
Pentakosta, yang kemudian dipadu dengan budaya Batak, berupa pesta tahunan
masyarakat Batak sehabis panen. Bagi umat Kristiani sekarang ini Pesta Gotilon
dimaknai sebagai kesadaran bahwa begitu besar kasih karunia Tuhan, maka wajib
disyukuri. Kesadaran saling membantu, saling tolong menolong, setiap anggota
jemaat sesuai dengan talenta dan berkatnya masing-masing menopang seluruh
pelayanan dan program kerja gereja untuk berjalan dengan baik. (band. Galatia
6: 2).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar