MENGHITUNG HARI
MAZMUR 90:1–12
Pengalaman rohani kita pada masa lalu akan menghantar kita kepada
kesaksian iman, dan juga menjadi kekuatan baru dalam menjalani hari-hari
kehidupan kita selanjutnya. Pengalaman masa lalu juga akan menghantar kita menghitung
hari-hari kita, dalam artian belajar memaknai hidup dengan segala
pergumulannya. Belajar memahami hidup dengan segala keterbatasannya. Hidup kita terbatas, semuanya akan berlalu
sebagaimana juga yang disuarakan dalam kitab pengkhotbah 3 (semuanya ada
waktunya) semuanya mengalir (Panta
Rhei). Bagaimanakah kita akan menyikapinya
selanjutnya?
Menghitung hari, bukan berarti kita menghitung hari-hari kalender kehidupan yang telah kita lalui (hari Senin–Sabtu; Januari–Desember; tahun 1-2021); dengan tujuan supaya kita beroleh hikmat dan pengertian (ay. 12). Mengapa kita bermohon kepada TUHAN supaya mengajari kita menghitung hari-hari kita? sebab muncul kesadaran iman pemazmur dalam pengenalannya terhadap TUHAN yang adalah: Tempat perteduhan; Allah yang kekal yang sudah ada sebelum dunia dijadikan dan tidak berakhir (Alfa dan Omega); Allah sang Pencipta. Pemazmur melihat dia aman karena dia memiliki tempat perteduhan (Allah sebagai rumahnya = tempatnya berteduh); Jadi bukan karena ia memiliki sesuatu sehingga ia merasa aman. Akan tetapi adalah karena ia memiliki hubungan yang baik, yang intim/akrab dengan TUHAN. Pemazmur juga menyadari bahwa dirinya hanyalah debu, rumput yang sebentar kelihatan dan kemudian lenyap (Yak 4:14: sama seperti uap); Dalam artian menggambarkan kemahakuasaan Allah dibandingkan dengan kelemahan dan kefanaan manusia.
Pemazmur mengajak kita untuk menghitung hari, jikalau dalam ay. 10 disebut bahwa masa hidup kita hanyalah 70–80 tahun, itu menandakan begitu fananya kehidupan ini, begitu cepatnya berlalu; oleh sebab itu bagaimana kita memaknai kesempatan yang singkat ini dalam pembentukan moralitas dan spiritualitas kita untuk semakin baik. Menghitung hari hingga beroleh hikmat dan pengertian, untuk semakin menyadari bahwa TUHANlah yang berkuasa penuh dalam kehidupan kita; sehingga bagaimana kesempatan yang terbatas itu dapat kita pergunakan untuk memuji dan memuliakan TUHAN, melakukan apa yang berkenan kepadaNya. Amin. Selamat hari Minggu! -HS-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar