Mengingat
Segala Perbuatan Allah
(Mazmur 77:6-16)
Ketika kita menghadapi persoalan
kehidupan yang sangat berat, suatu hal yang sangat kita harapkan adalah adanya
sebuah pendampingan dari orang lain; baik keluarga, maupun sahabat; dan tak
jarang kita juga mengharapkan pertolongan Tuhan untuk melepaskan kita dari
persoalan itu. Hanya saja kita sering menerima apa yang tidak kita harapkan.
Kita sering tidak memiliki bukti adanya pertolongan yang kita terima secara
nyata, sebab kita harapkan pertolongan itu sesuai dengan keinginan, selera
kita; dan bahkan pertolongan Tuhan juga terkadang kita anggap tidak ada, sebab
kita merasa tidak ada bukti, sebab pertolongan Tuhan kita hitung secara
matematika.
Hari-hari kehidupan orang beriman tidak selalu cerah ceria,
seperti keinginan dunia ini; selalu ada kabut,
mendung menyelimuti dan badai, suka-duka silih berganti. Dan
seiring dengan keadaan kehidupan itu, keadaan dan bentuk pergumulan yang tengah
kita hadapi, boleh jadi iman kita juga turut serta mengalami pasang surut,
kadang iman kita sepertinya kokoh, tetapi tidak lama jatuh hingga ke tingkat
yang terendah. Semuanya dapat membuat hati, iman kita ragu akan pertolongan
Tuhan, ragu akan kuasa Allah dan kadang dapat melahirkan pertanyaan: “Apakah
Tuhan tidak lagi peduli kepadaku? Apakah Tuhan tidak lagi mengasihiku? Apakah
Tuhan tidak lagi berkuasa untuk menolong dan menyelamatkan; Apakah Tuhan masih
berkuasa mengendalikan segala sesuatunya? Hal seperti inilah juga yang tengah
dialami oleh Pemazmur dalam teks ini, bahkan lebih jauh dalam dari pada
pertanyaan-pertanyaan yang sering kita
lontarkan (ay 8-10: ”Untuk selamanyakah Tuhan menolak dan tidak kembali
bermurah hati lagi?”; sudah lenyapkah untuk
seterusnya kasih setiaNya, telah berakhirkan janji itu berlaku turun-temurun?; Sudah lupakah Allah menaruh kasihan, atau
ditutup-Nyakah rahmat-Nya karena murka-Nya?).
Melalui Mazmur ini iman orang percaya/umat Tuhan
ditantang ketika harus berhadapan dengan misteri jalan-jalan
Tuhan yang menyapa kita, memahami jalan-jalan Tuhan yang tidak terselami dengan logika berpikir
kita. Padahal kita sering memahami Tuhan dan segala rancangannya dengan logika
berpikir
kita, dengan kemauan dan selera kita; Dengan mencoba melihat ke belakang akan
perjalanan kehidupan yang telah kita lalui, adakah persoalan hidup yang sudah
kita lalui; dan jikalau kita merenung, apakah memang karena kemampuan kita
sendiri, sehingga kita mampu melewatinya. Perenungan akan masa lalu akan dapat
menolong kita semakin menyadari betapa tidak mampunya kita memahami hidup dan
kehidupan kita, betapa tidak mampunya kita mengatasi kehidupan kita; sehingga
melahirkan kesaksian: ”Hanya dengan kasih Tuhan dan pertolonganNya kita mampu“ Sekalipun kita
tidak melihat-Nya, Ia tetap bersama kita, membimbing dan menguatkan kita
melewati hari-hari
kehidupan kita. Artinya kenanglah bagaimana dahsyatnya pertolongan Tuhan saat kita menderita; Saat kita berhenti mengeluh
dan berpaling kepada-Nya, maka kita akan dikaruniakan kekuatan untuk melihat
betapa ajaib dan dahsyatnya pertolongan Tuhan dalam hidup kita. Datanglah
kepada Tuhan, dan percayalah sepenuhnya, Tuhan
penuh kasih. Amin. Selamat
Natal. (HS).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar