BAGAIMANAKAH
AKU
HARUS BERIBADAH KEPADA TUHAN
(Yohanes 4:21-26)
Mengubah
pola berfikir atau pemahaman seseorang akan sebuah nilai, adalah merupakan
suatu hal yang sulit, sebab diperlukan kesabaran, ketabahan dan kelemahlembutan
dalam berkomunikasi. Artinya dalam mengubah pola pikir seseorang, akan lebih
baik jikalu kita dapat menyentuhnya dengan kasih, yang walaupun di beberapa
kesempatan kita harus tegas menegurnya, mengarahkannya serta memanggilnya.
Artinya seorang motivator harus mampu menguasai dan memahami masalah yang
tengah dia bimbing, memahami cara/pola berfikir dari “kliennya”, mampu
membangun rasa simpati kepada kliennya yaitu rasa kepedulian yang kuat. Mengubah pola berfikir tentu juga diperlukan kemampuan kita menjelaskan
setiap apa yang akan kita maksudkan. Untuk mangarahkan seseorang itu
untuk mau mendengarkan kita, tentu diperlukan cara berkomunikasi yang baik.
Boleh jadi perubahan itu terwujud dengan waktu yang lama, artinya perlu
beberapa kali pertemuan dengannya.
Yesus
bertemu dengan seorang perempuan Samaria, Yesus membangun sebuah komunikasi
percakapan dengannya. Di sana terlihat bagaimana perempuan Samaria itu
berpegang teguh dengan kebiasaan mereka yang tidak bergaul dengan orang Yahudi
(ay.9). Komunikasi Yesus mengubahnya, menyentuh kahidupan perempuan Samaria,
sehingga muncul pengakuannya akan apa yang selama ini dia coba tutupi, seperti
misalnya kerinduannya akan sebuah kehidupan yang benar, pengakuannya akan masa
kelam kehidupannya. Percakapan Yesus dengannya membuahkan sebuah pengakuan baru
akan Mesias; dan pengakuan itu Tuhan sambut dengan kasih karunia dengan
berkata:
”Akulah Dia yang sedang berkata-kata
dengan engkau“ ay. 26.
Dalam
percakapannya Yesus mengubah pola berfikir dan pemahamannya tentang ibadah yang
sesungguhnya (nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini....tetapi kamu
katakan Yerusalemlah tempat orang menyembah“ ay. 20); Yesus
menuntunnya untuk memahami peribadahan yang sesungguhnya kepada Tuhan, tidak
pernah dibatasi ruang dan waktu, sebab tempat itu pada akhirnya akan berlalu,
tidak hanya ditentukan harus di Yerusalem (21), sebagaimana
pemahaman ibadah orang Israel yang memusatkannya di Yerusalem; tetapi bagaimana ibadah itu diawali dengan
sebuah pemahaman iman tentang siapakah yang kita sembah? Kepada siapakah kita
beribadah? Allah yang kita sembah, bukanlah Allah yang tidak terjangkau,
melainkan Allah yang maha hadir di hadapan setiap orang yang beribadah dengan
sungguh dan benar (ay. 26). Yesus membimbing pengenalan perempuan Samaria hingga kepuncaknya,
lahirnya pengakuan: ”Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa
Engkau seorang nabi” (19, 25-26), Pengenalan Yesus adalah Mesias adalah
merupakan puncak pemberitaan Yohanes dan tujuan penulisannya akan kitab Injil
(20:31); artinya pengenalan perempuan Samaria itu sejalan dengan tujuan
penulisan kitab injil ini. Inilah saat yang terindah jikalau ibadah kita dapat
menghadirkan/menuntun kita untuk dapat bertemu dengan Yesus; Dan alangkah
indahnya jikalau kepada kita Yesus berkata: ”Akulah
Dia yang sedang berkata-kata dengan engkau. Milikilah ibadah yang sejati dan yang sesungguhnya,
ibadah yang berkenan kepada Allah, yang mampu menuntunmu bertemu dengan Yesus Juruselamat
kita. Selamat
hari Minggu. Amin. (HS).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar