ANTARA SEBUAH KEINGINAN
DAN
KEPATUHAN
(Maleakhi
3:13-18)
P
|
erilaku akan memperlihatkan siapakah kita yang sebenarnya, seperti dalam
pepatah:
”pohon dapat kita kenali dari buahnya.” Pepatah ini
menggambarkan bagaimana seseorang itu menyikapi nilai sebuah hidup dan
kehidupannya, seperti menyikapi antara keinginan dan kebutuhan, kebenaran dan
ketidakbenaran. Juga dapat memperlihatkan bagaimana penilaian/sikap kita
terhadap sebuah kecenderungan yang ada. Misalnya tentang sebuah keberhasilan,
sering orang memperbandingkan dirinya dengan apa yang orang lain perbuat serta
apa hasil yang mereka peroleh. Misalnya: Keberhasilan seseorang dalam
ekonomi, jabatan yang dapat diperoleh tanpa kerja keras dalam kejujuran, tetapi
mereka justru lebih “berhasil kelihatannya.“ Atau dalam sebuah pertanyaan: ”mengapa orang yang tidak mengindahkan Tuhan justru lebih enak hidupnya
dari mereka yang rajin beribadah?” Sifat ini menggambarkan
ketidakpuasan diri, tidak adanya ketabahan dan kesabaran serta pengharapan,
mereka iri kepada pelaku kejahatan; yang menurut mereka seolah-olah
Tuhan itu tidak bertindak adil. Mereka berkata: Kalau Tuhan itu baik dan adil,
mengapa orang-orang baik dan jujur menderita sementara mereka yang melakukan kejahatan
semakin makmur. Pemahaman ini banyak membawa orang kepada kekecewaan dan putus
asa, akhirnya seturut dengan keinginan dunia.
Setiap orang yang
mendasarkan hidupnya hanya kepada kepentingan diri, keinginan dan hawa nafsu,
dia tengah berjalan menuju kebinasaan, sementara mereka yang hanya mengandalkan
Tuhan dan berusaha melakukan apa yang baik di hadapan Tuhan, mereka tengah berjalan menuju kehidupan yang sebenarnya. Bagi mereka yang tidak jujur
dan yang hanya berfokus pada keinginan, seleranya sendiri, mereka menganggap bahwa Tuhan itu tidak ada, atau tidak lagi berkuasa melihat dan
menghukum; tetapi bagi mereka yang senantiasa setia dan berpengharapan, mereka
melihat bagaimana Tuhan tidak pernah tertidur, hanya saja mereka hanya menunggu
waktu penghakiman atau kehidupan. Untuk itu Tuhan menawarkan kepada kita etika moral yang berpengharapan dalam Ibrani
10:22-23: ”Karena
itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan
yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat
dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. Marilah kita teguh
berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.“ Juga Maz. 37:1-40 (ay. 1: ”Jangan marah karena orang yang
berbuat, jangan iri kepada orang yang berbuat curang, 2) sebab mereka segera lisut seperti rumput
dan layu seperti tumbuh-tumbuhan hijau. 3) Percayalah kepada Tuhan dan
lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia....).
Artinya Tuhan akan berikan upah yang pantas sesuai dengan apa dan bagaimana
kita hidup di hadapan Tuhan. Orang jujur dan beriman akan memperoleh hidup dan
orang jahat akan menerima hukuman. Selamat hari Minggu. (HS).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar