MEMBUKA HATI
KEPADA YESUS
(Mateus 13: 53-58)
Dalam dunia perbukuan,
orang menilai sebuah buku pertama-tama dengan melihat cover-nya. Para calon
pembeli hanya bisa melihat cover.
Dari cover itulah
mereka mencoba membaca isi buku tersebut dan kemudian menentukan apakah mereka
akan jadi membeli buku tersebut atau tidak. Cover sangatlah penting. Membuat cover yang menarik,
lampiran sinopsis atau gambaran di cover belakang,
sangat dianjurkan. Pepatah yang mengatakan, “Don’t judge a book by its cover” tentulah tidak
berlaku bagi para pembeli buku.
Namun dalam kehidupan sehari-hari,
pepatah lama “Don’t judge a book by its cover” (jangan menilai buku dari sampulnya)
memang benar. Artinya, janganlah menilai seseorang atau menilai sesuatu hanya dengan melihat
penampilan luarnya semata-mata.
Seberapa seringkah kita
terjebak pada cara berpikir seperti menilai sesuatu hanya dari tampilan luarnya
saja? Mengatakan si A itu blablabla… Menyebut si B itu blablabla. Dengan hanya
melihat tampilan luarnya. Padahal, melihat dan mengenal kualitasnya belum.
Kejadian serupa pernah
dialami Yesus, seperti digambarkan pada Matius 13:53-58. Setelah melakukan
perjalanan dan pengajaran (salah satunya memberi khotbah di bukit), Yesus
kembali ke Nazaret, kota asal-Nya. Sebagaimana di tempat lain, Yesus pun
mengajar di rumah ibadat di kota itu. Tapi apa yang terjadi? Orang-orang di
kota asal-Nya, yang tadinya terkagum-kagum, malah berbalik jadi kecewa dan
menolak Dia. Mengapa? Sebab ternyata mereka mengenal sosok yang mengajar luar
biasa dan berkuasa mengadakan mujizat-mujizat itu adalah Yesus si anak tukang
kayu yang miskin dan tak terpandang. “Bukankah
Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan
saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah
saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana
diperoleh-Nya semuanya itu?" (ay.55-56). Selanjutnya mereka kecewa dan
menolak Dia.
Maka Yesus berkata kepada
mereka: "Seorang nabi dihormati di
mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya. Dan karena
ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat diadakan-Nya di situ.” (ay.57-58).
Di dunia ini ada banyak
contoh orang ditolak (dalam mencari
kerja, menjadi calon pemimpin, urusan pernikahan, dan sebagainya) karena
status sosialnya, agamanya, relasinya, sukunya, dan sebagainya. Hari ini kita merenungkan tentang misi Kerajaan Surga, bagaimana kerajaan
itu dibangun, meluasnya, dampaknya, hingga bagaimana kita harus berespons. Maka
kiranya renungan ini mengubahkan konsep berpikir kita untuk dan percaya membuka
hati kepada Yesus, dengan demikian kita dapat dipakai menjadi saksi bagi-Nya. Selamat hari Minggu! Amin. (NS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar