Upah Untuk Sebuah Kesetiaan
Dalam kehidupan seorang
yang beriman akan Kristus, kita sering diperhadapkan dengan berbagai kesulitan
juga persoalan pilihan, khususnya apa yang menyangkut masa depan kita. Kita
sering ragu dalam pengambilan keputusan, apalagi jika ada satu tawaran untuk
memperoleh sesuatu yang belum pasti
tetapi kita harus meninggalkan semua apa yang sudah kita miliki.
Kita bingung sebab kita
belum memiliki gambaran tentang apa yang akan kita hadapi, alami, yang terjadi
di depan. Di sinilah
dibutuhkan kepekaan dan keberanian untuk bersikap, keberanian akan sebuah
keputusan, dengan segala resiko yang bakal kita hadapi. Juga dibutuhkan
kepekaan iman untuk meminta petunjuk dan penyertaan Tuhan, apa yang seharusnya kita lakukan. Iman yang besar adalah
merupakan pijakan dasar yang kokoh dalam diri kita untuk meyakini bahwa apapun
yang akan Tuhan putuskan untuk kita lakukan adalah merupakan yang terbaik.
Jikalau kita lihat
bagaimana Abram harus mengambil suatu keputusan yang sulit dalam kehidupannya
dari sudut pandang kemanusiaan. Tuhan panggil Abram untuk meninggalkan tanah
kelahirannya, meninggalkan semua yang dia miliki, sahabat, rumah, harta, untuk
berangkat ke suatu daerah yang dia sendiri tidak tahu. Akan tetapi apa
keteladanan yang dapat kita lihat dari sikap karakter Abram? Dia sosok manusia
berkarakter yang kuat dan kokoh, tidak goyah. Dia memilih untuk meninggalkan segala sesuatunya
untuk sebuah kepengikutan dan ketaatan akan Allah. Dia tinggalkan semua apa yang
telah ia
miliki, kenyaman hidup. Boleh jadi panggilan atas dirinya
membuat dia bingung untuk suatu keputusasn yang sulit. Namun dia lebih memilih
taat akan perintah Tuhan dari pada mencintai apa yang telah dia miliki di dunia ini. Ia berangkat meninggalkan keluarga besarnya dan
membiarkan dirinya dalam pimpinan Tuhan.
Iman Abram menjadi teladan bagi kita dalam hal iman dan
ketaatan kepada Tuhan. Iman kita harus senantiasa kita latih untuk melakukan
apa yang seolah-olah sangat mustahil, sebab
bagi Tuhan tidak ada yang mustahil, (Luk 1:37); Allah mampu melakukan perkara
besar yang tidak akan pernah dapat kita pikirkan dan lakukan, dan menolong kita
untuk melakukannya, asal kita tetap yakin dan percaya kepadaNya. Jangan kita
biarkan rasio (logika berfikir) kita memahami rancangan Tuhan, sebab iman
bukanlah logika berfikir, tetapi iman adalah: ”Dasar dari segala sesuatu
yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat“ (Ibr. 11:1) dan oleh imannya,
Abraham dibenarkan
Tuhan. Amin. (HS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar