Apa dan Siapakah Kita Ini
di Hadapan Tuhan?
(Yeremia 9: 23-24)
Kesombongan adalah gambaran sebuah kegagalan
hidup, gagal memahami dan mengenal diri sendiri, gagal memahami orang lain dan
juga gagal memahami nilai hidup serta apa akibat dari semua perkataan, sikap
sehari-hari. Kesombongan juga
memperlihatkan kekerdilan moral yang belum bertumbuh ke arah kedewasaan. Dia hanya berpaut pada apa yang dia miliki,
seperti kekuasaan, kekayaan, jabatan, pengetahuan akademis atau titel. Setiap
orang yang mempertahankan pola pikir atau gaya hidup seperti ini, lama kelamaan
akan ditinggalkan oleh orang-orang yang dekat sebelumnya, atau boleh saja akan
dimanfaatkan oleh seseorang. Orang sombong biasanya senang pujian, yang tanpa dia sadari adalah juga awal
dari kejatuhannya.
Berbagai reaksi
orang melihat mereka yang selalu meyombongkan diri, ada yang tidak mau tahu, ada yang
tersinggung, tetapi
ada juga orang yang prihatin. Sebenarnya kalau kita coba pikirkan dan renungkan
apakah yang dapat kita sombongkan di dunia ini, apalah kita bila dibandingkan
dengan apa yang dimiliki orang lain, kalau kita sudah merasa kaya, seberapkah
yang telah kita miliki jika kita bandingkan dengan kekayaan mereka yang lebih
kaya? Seberapa kepintaran kita dibanding mereka yang pintar, dll. Kesadaran
diri akan membawa kita kepada pengakuan sumber dari semua yang kita miliki,
seperti kuasa, jabatan, kekuatan, kekayaan.
Penyebab
keterpurukan bangsa Israel adalah kesombongan mereka di hadapan Tuhan, Mereka
tidak lagi menghargai Firman Tuhan sebagai penuntun hidup mereka (9:13-14), mereka
tidak lagi mengetahui alasan mengapa mereka harus terbuang/ dihukum. Tentu karena
mereka tidak lagi mau membuka diri mendengar Firman Tuhan (9:13). Yeremia
sangat prihatin dengan kesombongan yang diperlihatkan oleh bangsa Israel yang
dia lihat sebagai sumber masalah yang menimpa bangsa itu, sehingga Yeremia
mendesak seluruh bangsa untuk meratapi kesalahan mereka, meratapi keadaan mereka
yang tengah berada dalam pembuangan dalam penghakiman Allah, memohon
pengampunan dari Tuhan, adanya pertobatan massal (9:17-20), agar kiranya Allah
berkenan memulihkan keadaan mereka sepenuhnya. Tetapi dengan meratap saja,
tidak akan dapat menyelesaikan masalah, mereka harus kembali belajar
mengenal Allah dengan benar, mereka harus sadar bahwa kebanggaan terhadap diri
sendiri adalah kesia-siaan (9:23)
Itu sebabnya Tuhan menegaskan bahwa
jikalau manusia hendak bermegah biarlah mereka bermegah kerena mereka mengenal
Tuhan, itu kunci keberhasilan dan keselamatan (9: 23-24). Mereka memerlukan
pengenalan akan Allah sebagai Tuhan yang
penuh kasih setia, keadilan dan kebenaran, yang sekaligus mengajak umat-Nya
untuk belaku setia, adil, taat dalam kasih dan kebenaran Tuhan. Dengan demikian
mereka akan dipulihkan.
Oleh karena itu sebelum kita dihukum, yang menjadikan kita
harus meratap dan menangis, adalah jauh lebih baik kalau kita bertobat, dan hidup dalam
kekudusan Allah. Amin.
(HS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar