Saling berlomba berbuat baik
(Galatia
6:7-16)
Mungkin karena ego yang berlebihan sehingga terkadang kita
menganggap remeh akan pertolongan orang kecil, kita menganggap bahwa kita tidak
butuh pertolongannya, kita merasa kuat dan mampu. Atau boleh saja karena gengsi
sehingga malu mengaku lemah. Kalau kita coba ingat kisah dua makhluk kecil
semut dan burung. Semut yang diselamatkan seekor burung saat terhanyut dibawa
arus air dengan menjatuhkan sehelai daun; juga
pada saat yang lain, semut menyelamatkan si burung dari seorang pemburu
dengan menggigit kaki si pemburu, Artinya bagaimana mereka saling berusaha
untuk menolong, menyelamatkan satu dengan yang lain. Mengingat kebaikan dan
berusaha untuk membalas kebaikan itu dengan kebaikan. Mereka tidak memandang
status, tapi yang utama adalah keselamatan mereka yang ditolong. Mereka tidak
saling membiarkan, tidak saling menyalahkan, tidak begitu mempertanyakan
penyebab kesulitan yang tengah mereka hadapi, yang pasti dan utama adalah
berbuat kebaikan.
Kecenderungan dunia adalah saling menyalahkan, saling
menghakimi, menganggap rendah orang lain apalagi jikalau kita melihat diri kita
sebagai orang besar, dan mampu, padahal saat kita menghakimi atau mencari-cari
kesalahan, menuduhkan sesuatu kepada orang lain, boleh jadi perasaan batiniah
kita tidak aman, akan tetapi selalu kita tutupi demi sebuah kata gengsi, itu
terpaksa dan harus dilakukan. Perbedaan bisa terjadi karena perbedaan sudut
pandang atau pemahaman akan sesuatu hal yang tengah dipergumulkan, perbedaan
pemahaman itu pasti ada karena kita
mempunyai cara pandang tersendiri, akan tetapi bagaimana perbedaan pemahaman
itu untuk dapat semakin membangun kebersamaan dan penilaian kita akan orang
lain. Bagaimana perbedaan itu tidak memisahkan satu dengan yang lain, tetapi
saling membangun dan menguatkan (2 Kor 8:14-15; Plp 2:3-4). Penilaian yang
salah melahirkan keputusan dan tindakan yang salah, artinya jikalau kita salah
menilai hidup seseorang, kita akan menentukan keputusan yang salah, akan tetapi
jikalau kita mencoba menghargai dan menerimanya apa adanya kita akan mempunyai
kekuatan untuk saling membangun, kemampuan untuk saling menolong dan
memotivasi, mengarahkan dan menuntun kepada suatu pemahaman dapat melahirkan
sukacita (Gal 6:2).
Dalam perjalanan kekristenan, kita boleh berbeda memaknai firman
Tuhan, misalnya mengenai baptisan atau sunat atau tanda-tanda lahiriah.
Kwalitas iman kita tidak terletak pada tanda-tanda lahiriah tadi tetapi adalah
perbuatan baik, kerendahan hati, kesungguhan dan ketaatan akan Tuhan (Gal
6:15). Kwalitas seseorang juga tidak pernah dinilai dari status sosialnya, akan
tetapi bagaimana ia dapat menjadi berkat untuk sesamanya. Untuk itu selagi hari
masih siang, selagi kita masih punya kesempatan, selagi kita masih hidup marilah kita berbuat baik, sebab jika sudah
berlalu kita tidak akan dapat melakukannya lagi (Yoh 9:4; Gal 6:10). Kesempatan
si burung menjatuhkan sehelai daun menyelamatkan nyawa si semut, dan kesempatan
si semut menggigit kaki si pemburu menyelamatkan nyawa si burung, kesempatan
berbuat baik bagi sesama akan menyelamatkan hidup banyak orang dan itulah
tandanya kita sebagai manusia yang telah dibaharui. Yesus telah melakukan
semuanya itu keselamatan kita.
Amin.