“Aku
Pergi untuk Kembali”
(Yohanes 16: 12-15)
B
|
ukan perpisahan yang kutangisi namun pertemuan
yang kusesali,”
salah satu ungkapan lama yang sering terucap saat perpisahan. Perpisahan
menimbulkan beragam rasa karena banyak mengukir kenangan bermakna. Bahkan dalam
salah satu peribahasanya, orang Batak mengekspresikan nada kesedihan akibat
perpisahan itu dengan ungkapan “Manuk ni
pea langge hotekhotek laho marpira. Sirang maraleale lobi sian na matean ina.”
Lagu yang kita nyanyikan pun menuturkan perasaan senada “Molo adong tingki pajumpang, ingkon adong tingki marsirang. Hansit na i
laho marsirang, ala rosu ni na mardongan…” (SDJ. No. 805:1).
Demikian
juga rasa sedih menyelimuti hati para murid tatkala Yesus berkata, “tetapi sekarang Aku pergi kepada Dia yang
telah mengutus Aku…Sebab itu hatimu berdukacita” (ay.5,6). Akan tetapi menurut
Yesus “…adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab…jikalau Aku
pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu” (ay.7). Tiga tahun lebih melewati
suka dan susah, tiba saatnya mereka akan berpisah. Berbeda dengan perpisahan
kebanyakan orang, perpisahan Tuhan Yesus dengan para murid-Nya supaya Roh Kudus
datang dan menyampaikan segala sesuatu yang dikehendaki Bapa (ay.13-15). Yesus pergi
untuk kembali di dalam Roh-Nya.
Akan
tetapi luka traumatis yang belum sembuh membuat para murid sulit memahami misi
Yesus. Yesus yang mengalami penolakan, tragedi berdarah di Getsemani dan Golgota
ikut memperkeruh keadaan. Ditambah lagi percekcokan di tengah-tengah para murid
mengenai kedudukan yang lebih utama. Semua keadaaan itu di satu sisi
menunjukkan kelemahan para murid namun di sisi lain menunjukkan keagungan Kristus.
Dia, Sang mesias tetap memahami mereka dengan berkata, “Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu
belum dapat menanggungnya” (ay.12). Yesus memahami keterbatasan
murud-murid-nya. Dia menjanjikan penolong, Roh Kebenaran, yang memimpin mereka
ke dalam seluruh kebenaran (ay.13). inilah kabar baik di minggu Trinitatis ini.
Dia hadir dan memperkenalkan diri-Nya sebagai Allah yang memahami. Dia memahami
kedukaaan, ketakutan para murid. Dia mengutus Roh kudus untuk mendampingi
mereka.
Jemaat Kristus yang terkasih, yang senantiasa setia merayakan Tahun
2016 tahun keluarga HKBP. Masih adakah kosa kata dan dampak kata “Allah
memahami” dalam hidupmu/keluargamu? Saat ini, tatkala firman Tuhan menyapamu,
apakah engkau/keluargamu sedang menghadapi keadaan yang menyulitkan dan
membingungkan? Apakah keragu-raguan sedang menggerogoti dan menggelisahkan
hatimu/rumah tanggamu? Apakah engkau/keluargamu merasa minus dipahami sementara engkau/keluargamu berjuang agar tetap surplus dalam memahami orang lain? Bertahanlah
dan bersujudlah di hadapan Kristus yang senantiasa memahamimu. Roh Kudus
menopangmu. Selamat hari minggu. Selamat beribadah.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar