Adam yang tak lagi Galau
(Kejadian 2:18-24)
Sendiri dan sepi. Barangkali begitulah perasaan Adam di
taman Eden. Meski Allah telah memberinya kuasa untuk menguasai ciptaan-Nya (Kej.
1:28), namun tak satu pun dari ciptaan itu mampu membuatnya bahagia. Sebagai
ilmuwan perdana, Adam mampu memberikan nama terhadap binatang-binatang ciptaan
Allah. Akan tetapi kemampuannya juga tak mampu membuatnya bahagia. Dia
sendirian dan kesepian.
Memang Allah menyatakan segala ciptaan-Nya sungguh
sangat baik (1:31). Namun masih ada kegalauan dalam hati Adam. Tapi jangan khawatir,
Allah selalu mendengar dan mengerti. God
Always Listening and Understanding (GALAU). Itu sebabnya Allah berfirman, “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri
saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia”
(ay.18). Allah yang menyediakan teman atau pasangan yang cocok bagi Adam.
Artinya, kesepadanan atau kecocokan itu berdasarkan ukuran Allah, bukan ukuran Adam.
Matthew Henry (1662-1714) mengatakan: “Perempuan
itu tidak dibuat dari kepala laki-laki supaya jangan mengepalainya, tidak
dibuat dari kakinya supaya jangan diinjak-injak olehnya, melainkan dibuat dari
sisinya supaya sederajat dengan dia, di bawah lengannya supaya terlindung, dan
di dekat hatinya supaya dicintai.”
Dalam hal jodoh, orang Kristen tidak boleh copas (copy-paste) pengalaman Adam ke dalam pengalaman pribadi sambil
berkata, “Tidur saja, ntar jodohnya
didatangkan Allah.” Kita tentu mengingat bahwa Adam bukannya tidak berusaha.
Dia berjuang keras mencari belahan jiwanya. Dia bekerja memberi nama terhadap
ciptaan Allah. Hanya saja, dengan kekuatannya, Adam belum menemukan yang cocok.
Khotbah hari ini mengingatkan orang beriman agar tetap
mengandalkan Allah dalam segala usaha, termasuk dalam hal jodoh. Banyak orang
yang galau dalam memilih dan menetapkan pasangan hidupnya. Akhirnya, tak
sedikit yang kawin hanya karena “TerHaRU” (Terpaksa,
Harta, Rupa, dan Usia).
Sebagian lagi telah berkeluarga namun tidak menjaga kesucian perkawinannya. Tidak
setia dalam 3 hal: usia, jarak, dan keadaan. Usia perkawinan yang terus bertambah, jarak antara suami-istri yang jauh sehingga jarang bertemu, dan keadaan kehidupan (keuangan, kesehatan,
dll) yang lelah dan lesu. Godaan tak henti-hentinya merasuk dan merusak
kepercayaan.
Di tengah situasi tersebut orang percaya terpanggil,
pertama, Mencintai yang Dikawini bukan Mengawini yang Dicintai. Bagaimanapun keadaannya, orang percaya
dipanggil tetap mencintai yang dikawini. Hal itu dapat mencegah adanya pil (pria idaman lain) dan wil (wanita idaman lain) serta
perceraian. Gereja tidak mengakui perceraian yang diputuskan pengadilan sebab perkawinan
itu ditetapkan Allah (Markus 10:9). Perkawinan itu adalah penyatuan visi dan
misi di dalam Kristus Yesus.Perkawinan itu adalah penyatuan visi dan misi di dalam
Kristus Yesus.
Kedua, menghindari intervensi. Perkawinan akan bertumbuh jika
dibangun dalam penghargaan dan tanggung jawab. Saran tetap diperlukan namun
intervensi harus dihindari karena dapat merontokkan kepribadian. Selamat
hari minggu dan beribadah. Selamat memelihara perkawinan. Tetap pegang teguh
janji Tuhan.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar