Teguh Berpegang Pada
Pengakuan Iman
(Ibrani 4: 12-16)
P
|
ada
awal abad 20 silam, mobil mulai marak dipasarkan di Amerika. Ada seorang bapak
tua yang mengendari mobil Ford, sebuah merek mobil yang terkenal saat itu.
Tiba-tiba mesin mobilnya rusak di tengah jalan dan tidak bisa berjalan lagi.
Celakanya, pada waktu itu jarang ada orang yang mengerti mesin mobil. Jadi, berjam-jam
bapak tua itu mencoba memperbaiki mobil itu sendirian, namun tetap tidak bisa.
Pada akhirnya muncullah satu orang yang datang untuk membantu bapak itu. Orang
itu melihat mesin mobil itu sebentar, dan memperbaikinya dalam waktu singkat.
Melihat kemampuan orang itu memperbaiki mobil, bapak tua itu penasaran dan
bertanya: “Siapakah engkau, tuan?” Lalu orang itu menjawab: “Saya adalah Henry
Ford, pencipta mobil Ford ini.” Seorang pencipta memiliki kemampuan untuk
memperbaiki ciptaannya yang rusak. Tentulah
Allah jauh lebih “mampu” dari Henry Ford. Allah mempunyai kuasa untuk memperbaiki,
mengampuni dan menyelamatkan.
Pada awal kekristenan mula-mula, orang Kristen berlatar belakang Ibrani terus-menerus mengalami tekanan, mungkin mereka ini akan segera berpaling dari Kristus. Penulis surat Ibrani berusaha menolong mereka untuk tetap percaya. Bahwa firman Allah merupakan satu-satunya senjata yang berfungsi ganda sebagai kekuatan untuk defensive (bertahan) sekaligus offensive (menyerang). Itulah fungsi ganda Firman Allah, supaya kekristenan mampu bertahan ketika menghadapi serangan musuh sehingga tidak mudah dicelakakan. Selanjutnya penulis mengatakan bahwa Allah menyediakan pertolongan melalui Yesus. Yesus mempunyai kuasa untuk menolong kita menghadap Allah. Yesus telah melintasi langit (ay 14). “Melintasi” artinya telah melampaui, melewati satu area. Kata “melintasi,” dalam konteks jabatan Imam besar pada masa Perjanjian Lama. Seorang Imam Besar memiliki satu tugas khusus satu kali dalam setahun. Dia harus “melintasi” ruang kudus untuk menuju ruang maha kudus yang dibatasi tabir pembatas. Dia masuk ke dalam ruangan paling kudus dalam rumah Tuhan untuk menghadap hadirat Tuhan. Di situlah Imam Besar menjadi perantara antara umat dengan Tuhan, untuk meminta pengampunan dosa kepada Tuhan dengan mempersembahkan korban. Imam besar melintasi ruang kudus ke ruang maha kudus, tapi Yesus, Imam Besar kita telah melintasi langit. “Sebab Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam sorga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita.” (Ibr 9:24). Dia telah masuk ke ruangan yang terkudus, yaitu sorga. Tidak sekali dalam setahun, tapi selama-lamanya. Yesus membukakan tabir pembatas antara kita dengan Allah untuk selamanya. Dan ketika tabir itu terbuka, maka kita dapat memohon pengampunan dosa kepada Allah. Sebagai Imam besar, Yesus turut merasakan penderitaan dan kelemahan manusia. Dengan belas kasihan-Nya Yesus memberikan pengampunan dan keselamatan. “Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.” (ay 16). Amin.
Selamat hari Minggu!
Pada awal kekristenan mula-mula, orang Kristen berlatar belakang Ibrani terus-menerus mengalami tekanan, mungkin mereka ini akan segera berpaling dari Kristus. Penulis surat Ibrani berusaha menolong mereka untuk tetap percaya. Bahwa firman Allah merupakan satu-satunya senjata yang berfungsi ganda sebagai kekuatan untuk defensive (bertahan) sekaligus offensive (menyerang). Itulah fungsi ganda Firman Allah, supaya kekristenan mampu bertahan ketika menghadapi serangan musuh sehingga tidak mudah dicelakakan. Selanjutnya penulis mengatakan bahwa Allah menyediakan pertolongan melalui Yesus. Yesus mempunyai kuasa untuk menolong kita menghadap Allah. Yesus telah melintasi langit (ay 14). “Melintasi” artinya telah melampaui, melewati satu area. Kata “melintasi,” dalam konteks jabatan Imam besar pada masa Perjanjian Lama. Seorang Imam Besar memiliki satu tugas khusus satu kali dalam setahun. Dia harus “melintasi” ruang kudus untuk menuju ruang maha kudus yang dibatasi tabir pembatas. Dia masuk ke dalam ruangan paling kudus dalam rumah Tuhan untuk menghadap hadirat Tuhan. Di situlah Imam Besar menjadi perantara antara umat dengan Tuhan, untuk meminta pengampunan dosa kepada Tuhan dengan mempersembahkan korban. Imam besar melintasi ruang kudus ke ruang maha kudus, tapi Yesus, Imam Besar kita telah melintasi langit. “Sebab Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam sorga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita.” (Ibr 9:24). Dia telah masuk ke ruangan yang terkudus, yaitu sorga. Tidak sekali dalam setahun, tapi selama-lamanya. Yesus membukakan tabir pembatas antara kita dengan Allah untuk selamanya. Dan ketika tabir itu terbuka, maka kita dapat memohon pengampunan dosa kepada Allah. Sebagai Imam besar, Yesus turut merasakan penderitaan dan kelemahan manusia. Dengan belas kasihan-Nya Yesus memberikan pengampunan dan keselamatan. “Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.” (ay 16). Amin.
Selamat hari Minggu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar