Ketika Allah Mengungkapkan Perasaan
(Yeremia 8:4-7)
“Ala bisa
karena biasa,” demikian ungkapan sederhana sarat makna. Begitu besarnya
pengaruh kebiasaan membuat para psikolog tiba pada pendapat bahwa kebiasaan
menjadi sifat, sifat menjadi watak, watak menjadi kepribadian, dan kepribadian
membentuk karakter. Boleh dikatakan, jika seseorang membiasakan hidup baik,
maka hal tersebut berdampak pada sifat, watak, kepribadian, dan karakter yang
baik. Sebaliknya, jika seseorang membiasakan hidup buruk, maka hak itupun
berdampak pada sifat, watak, kepribadian, dan karakter yang buruk pula.
Khotbah minggu ini berkisah
tentang Allah yang mengekspresikan perasaan-perasaan-Nya terhadap umat-Nya. Ada
nada kecewa, geram, murka, menyaksikan kebebalan umat-Nya sehingga membuat
Allah berkata “Apabila orang jatuh,
masakan ia tidak bangun kembali? Apabila orang berpaling, masakan ia tidak
kembali? (ay 4). Israel dihukum karena terbiasa “menduakan” (tidak suka
setia kepada) Tuhan (3:20). Namun mereka membuat alasan bahwa malapetaka yang
terjadi karena letak geografisnya yang terkepung dua kekuatan besar yaitu Mesir
di Barat dan Asyur di Timur. Israel berupaya mengadu domba dua kekuatan
tersebut. Karena gagal, Israel bersekutu dengan salah satu kekuatan. Mereka
tidak mau mendengarkan Tuhan lagi (11:10) dan tidak menyesali kejahatannya
(ay.7).
Pertanyaannya adalah: Bagaimana mau bertobat jika tidak ada penyesalan?
Bagaimana mau menyesal jika tidak ada kesadaran? Kalau kejahatan sudah menjadi
kebiasaan dan kewajaran, mungkinkah ada penyesalan dan pertobatan? Kalau
kesalahan tidak dianggap lagi sebagai kesalahan, kalau hidup kompromistis sudah
dianggap sebagai kebenaran, maka harapan perubahan masih jauh dari kenyataan. Pada suatu ketika, di sebuah rumah, seorang
bapak seperti mendengar suara anjing sedang menggonggong di halaman rumahnya. Ketika
ia membuka pintu rumahnya, tampaklah seekor anjing besar berwarna coklat
kehitaman, langsung mendesak masuk ke dalam rumah. Anjing tersebut kelihatan
sangat senang, berkali-kali seakan rumah itu tidak asing lagi baginya. Si Bapak
sangat terkejut melihat tingkah laku anjing tersebut. Dengan seksama, dia
memperhatikan anjing tersebut dengan foto anjing mereka. Akhirnya dia sadar
bahwa itu adalah anjingnya yang hilang dulu. Anjing tersebut kembali ke rumah majikannya
setelah 8 tahun menghilang.
Kita sungguh takjub menyaksikan pemberian Tuhan
terhadap binatang-binatang. Dengan naluri atau instinknya, mereka dapat pulang
kembali ke rumah pemiliknya. Tidak demikian halnya dengan manusia. Dengan kekuatannya,
manusia tidak dapat terbebas dari dosa. Mari datang pada-Nya. Mintalah belas
kasihan-Nya. Dari kejauhan terdengar lagu “…datang
saja pada Yesus, kini saatnya. Datang saja pada Yesus t”rima rahmat-Nya.” Selamat
hari Minggu. Selamat beribadah. Pegang teguh janji Tuhan!
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar