Jalan Tuhan: Kasih Setia dan
Kebenaran
(Mazmur 25: 1-10)
Selama kita masih hidup, tentulah menghadapi
berbagai penderitaan. Tidak ada satu pun yang dapat hidup tanpa melalui
penderitaan. Sebenarnya, ada keinginan alamiah manusia untuk
menghindari penderitaan. Tetapi justru penderitaan itu merupakan bagian yang
terkandung di dalam kemanusiaannya. Penting kita ingat, bagaimana
kita menjalani dan keluar dari penderitaan itu? Apakah kita akan menggunakan kekuatan
kita sendiri untuk berusaha keluar dari penderitaan tersebut? Apakah kita akan menggunakan
cara-cara duniawi yang tidak berkenan kepada TUHAN untuk cepat keluar dari
penderitaan tersebut? Mengeluhkan “Orang
lain selalu untung. Tidak ada yang pernah berjalan dengan benar bagi saya.
Apapun yang saya coba tidak ada yang berhasil.” Apakah penderitaan itu akan
memisahkan anda dari kasih Kristus?
Pemazmur memberi kita pelajaran yang
berharga. Kesetiaan kita pada TUHAN tidak menjamin terhindar dari kesulitan,
penyakit, dan penderitaan. Betapa Alkitab menceritakan, orang yang saleh mengalami
penderitaan yang cukup hebat karena berbagai alasan, musuhnya yang berbuat khianat
dengan tidak ada alasan. Misalnya: Yusuf, Daud, Ayub, Yeremia, Yesus, Paulus dan
lain-lain. Dibalik penderitaan yang mereka alami ada rencana besar Allah yang
hendak dinyatakan-Nya lewat hidup mereka. Allah menginjinkan penderitaan atau masalah
terjadi tidak berarti bahwa Allah menyebabkan semua itu, Allah tidak pernah menyebabkan
kejahatan terjadi, tetapi Ia mengijinkannya terjadi dan mengarahkannya serta menguasainya
supaya hal itu dapat mengerjakan kehendak-Nya. TUHAN tidak menjanjikan jalan yang lurus, rata dan bertaburan bunga.
Tetapi Dia menjanjikan penyertaan-Nya setiap hari.
Mazmur
25,1-10 berisi doa penyerahan diri dari seorang yang sadar akan dosanya, dan memohon
pembebasan dari TUHAN terhadap kesesakan, akibat dari ancaman-ancaman musuhnya
yang dialaminya. Pemazmur, mengangkat jiwanya kepada TUHAN untuk berdoa.
Mengarahkan seluruh perhatiannya hanya kepada TUHAN. Ia menyerahkan diri sepenuhnya
kepada TUHAN dengan keyakinan bahwa ia tidak mungkin dipermalukan oleh musuhnya,
sebab TUHAN-lah yang menjadi Pembelanya. Ia menanti-nantikan TUHAN sedemikian rupa,
dengan pengharapan janji Tuhan pasti digenapi. Kata “menantikan” dalam bahasa Ibrani “qawah” קוה qâvâh kaw-vaw' yang berarti, “mengharapkan sesuatu yang pasti
datang.” Seperti penjaga malam yang menantikan pagi yang pasti datang.
Atau petani yang menantikan tuaian yang pasti akan tiba dari tanaman yang
dipeliharanya. Kepastian akan pertolongan TUHAN bukan bersumber dari usaha pihak
manusia yang berhasil “membujuk” TUHAN. Tetapi datang dari kebaikan TUHAN
sendiri. Yaitu rahmat TUHAN, artinya sama dengan rahim, cinta kasih seorang ibu
terhadap anaknya. Dan kasih setia TUHAN berdasarkan perjanjian-Nya sejak berabad-abad
(ay. 5-6). Dengan demikian di dalam kelemahan dan kesesakannya, pemazmur tetap
yakin akan kepedulian TUHAN, yang setia kepada janji-Nya. Itu sebabnya dalam perspektif
pemazmur yang juga seharusnya menjadi dasar iman orang percaya, bahwa: “Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan
kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan
peringatan-peringatan-Nya”. (ay. 10).
Apakah
anda seseorang yang memerlukan kekuatan dan dukungan saat ini? Belajarlah dari iman dan pengharapan pemazmur
yang tetap kuat dan teguh di tengah kerapuhan karena kelemahannya dan beban
pergumulan yang berat. Menantikan TUHAN yang dia percaya setia kepada perjanjian-Nya.
Akhirnya
apa pun kondisi hidup nantikanlah TUHAN di dalam Yesus Kristus yang telah menggenapkan
dalam diri-Nya segala janji Allah di atas kayu salib. Jika anda tahu siapa anda di
dalam Kristus, maka anda akan tahu bagaimana mewakili Dia melawan penderitaan.
“Barang siapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan.” (Roma 10:11). Amen.
Selamat
Hari Minggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar