Mencari Gagang pada Salib? (Markus 8:31-38)
A
|
dakah gagang pada salib? Tergantung untuk apa salib itu dibentuk.
Kalau salib sebagai asesoris bisa saja dibuat gagangnya atau lubangnya. Tapi
salib Yesus tidak bergagang sebab Dia memikul salib, bukan memegang (menenteng) salib. Seperti yang
dituliskan Kosuke Koyama, salib tidak memiliki gagang sehingga dapat ditenteng atau dipegang seperti
menenteng tas atau memegang rantang yang berisi rendang atau saksang. Lalu, masihkah ada yang tetap
mencari-cari salib bergagang? Tentu ada. Sebab dengan gagang, salib terasa
ringan. Tanpa gagang, salib terasa berat bahkan menyakitkan.
Yesus memberitahukan para murid bahwa Dia
datang ke dunia bukan untuk wisata, studi banding, atau membuat dan
menghabiskan anggaran fiktif/siluman. Program kerja-Nya adalah memberikan
hidup-Nya untuk menyelamatkan dunia. Sehubungan dengan itu, Yesus meminta para
murid dan orang percaya melakukan 3 hal. Pertama,
menyangkal diri (“mansoadahon diri”,
“deny”, “must forget himself”), pada saat yang sama mengutamakan Tuhan dan
sesama. Yesus tidak menyombongkan diri, melainkan mengambil rupa seorang hamba
dan menjadi sama dengan manusia (Fil. 2:7). Kesombongan, tinggi hati merupakan
musuh utama pengosongan diri. Manusia cenderung menonjolkan diri sendiri bahkan
lupa diri hingga tega melakukan pembunuhan karakter terhadap sesamanya. Pertanyaannya
mengapa manusia sombong, tinggi hati? Jangan-jangan
dia lupa bahwa dia hanyalah debu tanah (orbuk).
Debu-tanah kok sombong, ya?
Kedua, memikul salib. Bukan memikul
koper atau mendorong troli penuh berisi kue Bika Ambon dan bolu Meranti. Betapa
enaknya kekristenan seperti itu. Enak,
Yes! Capek, No! Namun itulah benih kehancuran. Tidak ada pempimpin besar
tanpa pergumulan super-duper besar.
Tidak ada pemimpin dunia tanpa pertarungan kelas dunia. Seorang abang yang baik
pernah mengingatkan adiknya tentang doa Jenderal Douglas Mac Arthur, pada Mei
1952, masa paling sulit di awal perang Pasific, yang berjudul Doa
untuk Putraku. “…Tuhanku, aku
mohon, janganlah pimpin puteraku di jalan yang mudah dan lunak. Namun tuntunlah
dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan dan tantangan. Biarkan
puteraku belajar untuk tetap berdiri di tengah badai dan senantiasa belajar
untuk mengasihi mereka yang tidak berdaya…” Lalu apakah salibmu terlalu
berat? Johnson Oatman, Jr menjawabnya
melalui lagu Bila Topan K’ras Melanda
Hidupmu. “Adakah beban membuat kau
penat, salib yang kau pikul menekan berat? Hitunglah berkat-Nya, pasti kau lega
dan bernyanyi t’rus penuh bahagia!” (KJ No. 439:2).
Ketiga,
mengikut Yesus. Kesulitan tidak akan
berhenti hanya karena statusku dan statusmu sebagai pengikut-Nya yang sejati.
Hambatan dan pertentangan akan menerpa silih berganti. Namun Yesus berkata“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu
dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Tapi tidak gratis loh, ada syaratnya. Apa itu? “Pikullah kuk yang Kupasang…" (Mat.
11:28-30). Namun, di sini persoalannya. Mengharapkan kelegaan tanpa mau
memikul kuk yang dibebankan, mungkinkah? Bukankah iman kita bersaksi“Meskipun saya susah, menderita dalam dunia,
saya mau ikut Yesus sampai s’lama-lamanya” (KJ No.375). Selamat hari minggu
& beribadah.
Amin.