RENUNGAN MINGGU SETELAH TAHUN BARU 04 JANUARI 2015
SUNAT DI DALAM HATI SECARA ROHANI (Roma 2:17-29)
S
|
eorang anak yang datang dari kota
metropolitan berkunjung ke Tapanuli di sebuah desa di tengah persawahan
berkata, “Pada suatu hari aku berdiri di pematang di tengah persawahan dan
mengamati hamparan tanaman padi yang sedang menguning. Ada tangkai padi yang
tegak berdiri dengan sombongnya di tiup angin sepoi, dan ada pula tangkai padi yang
menunduk malu. Setelah melihat tangkai-tangkai padi tersebut, aku merasa heran.
Tangkai padi yang tegak lurus berdiri terkesan sombong menggangkat lehernya ke
arah langit, sedangkan yang merunduk justru padat berisi. Aku berpikir dan berkata
dalam hati, “ternyata budaya malu tidak dimiliki tangkai yang mengangkat kepala,
menggangkat lehernya ke arah langit. Ia kosong tidak berisi.
Rasul
Paulus mengirimkan surat Roma dari Korintus kira-kira tahun 57 Masehi untuk
tujuan, memperkenalkan diri dan memperkenalkan pangajarannya, sekaligus meminta
dukungan dari jemaat Roma dalam misi pekabaran Injilnya ke Spanyol (band. Roma 15:23-24, 28). Rasul
Paulus menuliskan pikirannya dan sekitar masalah-masalah yang sedang dia hadapi
dalam missi Pekabaran Injil tersebut, misalnya tentang hukum Taurat dan kasih
karunia Tuhan. Pada saat itu rasul Paulus berhadapan dengan non Yahudi, kaum Yahudi
umumnya dan Yahudi Kristen khususnya yang masih memiliki pemahaman bahwa
melakukan hukum taurat adalah jalan keselamatan. Pertama-tama rasul
Paulus mengingatkan murka Allah kepada penyembah berhala non Yahudi (lihat. Roma
1:18-32). Mendengar pesan rasul Paulus tersebut yang mengatakan murka Allah
kepada non Yahudi, kaum Yahudi merasa senang, dan merasa benar sendiri lebih
suci dan layak dari orang non Yahudi. Begitulah kehidupan manusia, ketika satu
kelompok diingatkan dan dihukum, maka kelompok yang lainnya merasa lebih benar
(sombong).
Dalam
perikop ini, kelompok Yahudi sedang merasa senang, merasa layak, menganggap
lebih suci dan benar sendiri. Namun menyusul seruan rasul Paulus tentang murka
Tuhan kepada kelompok Yahudi dan Yahudi Kristen (semua orang) : Karena itu, hai manusia, siapa pun juga
engkau, yang menghakimi orang lain,
engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain,
engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain,
melakukan hal-hal yang sama. (Roma 2:1)
Rasul
Paulus menyebut Kaum Yahudi sebagai “yang
menghakimi orang lain” (jolma
sidabu uhum), hal ini berkenan dengan cara kaum Yahudi tersebut melihat
kedudukannya. Kaum Yahudi menganggap dirinya kudus, benar, lurus, mengganggap
dirinya layak menghakimi orang lain. Hal ini didasari pemilihan Tuhan kepada
bangsa tersebut, namun mereka tidak sadar bahwa kesempatan yang mereka miliki
tersebut, bukan karena berkat usaha mereka atau karena mereka layak
menerimanya, tetapi hanyalah karena kasih
karunia Tuhan kepada mereka (band. Ulangan 4:6). Karena itu, tak
seharusnya mereka menghakimi orang non Yahudi atau bangsa lain. Tuhan Yesus berkata : "Jangan kamu
menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu
pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk
mengukur, akan diukurkan kepadamu” (Matius 7:1-2).
Kita jemaat gereja Tuhan Yesus sekarang ini, cenderung
seperti orang Yahudi yang suka menghakimi menganggap diri benar dan suci. Kita
perlu datang kepada Tuhan seperti seorang pengemis! Membungkuk dengan penuh
kerendahan hati, mengetahui bahwa Raja yang mulia tidak berhutang apapun kepada
kita! Kita telah meludahi wajah-Nya di dalam hati kita sepanjang tahun-tahun
dalam hidup kita. Kita telah meludahi wajah Kristus dengan semua sikap kesombongan,
keangkuhan dan menganggap diri benar dan layak. Kristus tidak berhutang apapun
kepada kita. Ia hanya berhutang murka, penghukuman dan api Neraka kepada kita. Maka,
jika kita merasa bahwa penghukuman yang teramat mengerikan adalah benar layak,
marilah kita datang kepada Yesus seperti seorang perempuan yang telah berdosa
yang datang kepada Dia dan mencium kaki-Nya. Datanglah kepada Dia seperti cacing
yang menyedihkan. Datanglah dalam tangis dan ratapan kepada Dia, datanglah
kepada Dia dan mengakui dosa-dosa kita. Kita mungkin saja telah berdosa dan
telah kehilangan hari anugerah kasih karunia itu. Datanglah dalam ratapan
kepada Kristus. Ia akan mendengarkan permohonan kita dan memberikan kita
kesempatan untuk menerima anugerah-Nya dan menyucikan kita dengan Darah-Nya
yang suci. Inilah sunat di dalam hati,
secara rohani, bukan secara hurufiah.
Amin.
Selamat Hari
Minggu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar