RENUNGAN MINGGU II
DUNG EPIPHANIAS, 18 JANUARI 2015
Semuanya Boleh, Tapi… (1 Korintus
6:12-20)
“Jangan salah
pilih ya, Chin. Pilihlah calon pasangan yang saling membangun,” demikian pesan
sang Ibu kepada putrinya, Chintya, yang telah tumbuh dewasa. “Hidup ini adalah
pilihan, jadi jangan salah memilih,” demikian sang kebijakan bertutur. Setiap
hari, mulai bangun pagi hingga mau tidur di malam atau dini hari, ada beragam
pilihan. Tak ketinggalan dalam kehidupan pasangan suami-istri di tengah
keluarga, sering ditaburi pilihan-pilihan. Pagi-pagi berangkat kerja, malam
baru tiba di rumah. Terkadang, waktu lebih banyak di tempat kerja, hingga ke
luar kota bersama rekan kerja. Lalu, muncullah pihak ketiga, sang penggoda
(dalam rupa bernama pria idaman lain atau wanita idaman lain), yang bisa
membuat terlena dan terpesona serta melumpuhkan ingatan seketika terhadap
pasangan dan anak-anak di rumah. Akhirnya, dusta mulai direkayasa sementara
ibadah hampir tak pernah alpa. Celakanya, semua dilakukan demi menutupi noda.
Ribuan tahun
yang lalu, firman Tuhan mengingatkan jemaat Korintus agar hidup dalam
kekudusan. Hal itu disampaikan Paulus karena dia mendengar bahwa di kuil-kuil
kota Korintus, berkembang ibadah yang melegalkan prostitusi sebagai bentuk
penghormatan terhadap Aphrodite, dewi cinta. Di kuil itu, disediakan 1000 imam
wanita yang bertugas sebagai pelacur. Akhirnya orang Kristen di Korintus
terbelah. Ada yang ikut dan menganut libertinisme, ada pula yang menolak dan
menganut asketisme. Pengikut ajaran libertinisme menganggap prilaku amoral/seks
bebas tersebut wajar karena Allah di dalam Kristus, melalui karya
penebusan-Nya, telah menganugerahkan kebebasan, kemerdekaan kepada orang
Kristen. Mereka menganggap orang Kristen boleh melakukan apa saja. Sedangkan
pengikut asketisme melakukan aksi pantangan tubuh dan bersamaan dengan itu
menganggap diri/kelompoknya lebih baik, lebih suci dibandingkan yang lain.
Di
minggu kedua setelah Epiphanias ini, Allah menyatakan kehendak-Nya agar umat
hidup dalam kekudusan. Mengapa harus hidup kudus? Karena status orang Kristen
telah dikuduskan Allah (ay.11) dan tubuh kita adalah bait Roh Kudus (ay.19).
Dengan demikian apa yang harus dilakukan
orang percaya? Pertama, hidup dalam
kebebasan yang sesuai dengan kehendak-Nya. Semuanya boleh, tapi tidak semuanya
berguna. Semuanya boleh, tetapi tidak semuanya membangun. Apakah kehadiran dan
kebebasan orang percaya dalam hal individual dan komunal (bersekutu, bersaksi,
dan melayani) memberi manfaat yang berarti bagi masyarakat? Kedua, kuasai diri. Musuh terbesar
adalah diri sendiri. Selama hidup, cobaan dan godaan selalu ada. Orang percaya
bukan dilarang menikmati indahnya ciptaan Allah, tetapi meng-Allah-kan
kenikmatan ciptaan. Jauhkan diri dari ketamakan, kerakusan. Jangan dikuasai
hedonisme dan konsumerisme. Karena banyaknya dan kuatnya kenikmatan ciptaan,
Yesus mengajarkan kita berdoa “jangan membawa kami ke dalam pencobaan tetapi
lepaskanlah kami daripada yang jahat”. Dalam lagu pun kita juga diundang
menyanyikan “Lawanlah godaan, s’lalu
bertekun…Mintalah pada Tuhan agar kau dikuatkan. Dia b’ri pertolongan, pastilah
kau menang” (KJ No. 436). Selamat hari minggu. Selamat beribadah.
Tuhan menyertaimu dalam
susah maupun senang.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar