RENUNGAN
MINGGU XVII SETELAH TRINITATIS, 12 OKTOBER
2014
Menjadi
yang Terpilih
(Matius
22:1-14)
Anda mungkin masih ingat sebuah
grup band papan atas diundang ke istana Negara untuk menerima penghargaan dari
Presiden RI. Rasa bahagia tampak di wajah mereka. Namun, ternyata mereka tidak
diijinkan masuk dan berjumpa dengan sang presiden. Kok bisa? Karena mereka tidak memakai pakaian yang sesuai dengan
protokoler kepresidenan. Meski dianjurkan untuk mengganti pakaiannya, namun
grup band itu tetap menolak. Akhirnya, hilanglah kesempatan bertemu dengan
presiden.
Kisah di atas memiliki sedikit
kemiripan dengan perumpamaan dalam teks khotbah hari ini. Ada yang diundang
menghadiri pesta perkawinan anak raja namun ditolak karena tidak memakai
pakaian pesta. Itulah penggalan perumpamaan tentang kerajaan sorga yang
disampaikan Yesus. Ada respons yang berbeda terhadap undangan pesta perkawinan
(keselamatan). Undangan pertama direspon dengan pengabaian dan penolakan: ada
yang pergi ke ladangnya, mengurus usahanya, adapula yang membunuh utusan raja.
Ini merupakan gambaran tentang penolakan orang-orang Yahudi terhadap Yesus
Kristus, Anak Allah. Penolakan tersebut
bisa dimaknai 2 hal. Pertama, pekerjaan (ekonomi). Pekerjaan adalah anugerah
Tuhan. Manusia meminta pekerjaan lalu Tuhan menganugerahkan pekerjaan itu. Akan
tetapi tidak jarang terjadi, manusia justru lebih mencinta pekerjaan ketimbang
Tuhan yang menganugerahkan pekerjaan itu. Manusia dikuasai kesibukannya dan
pekerjaannya. Kedua, kekerasan (anarkisme). Inilah tantangan yang terus dialami
Injil dari jaman Kristus hingga kini dan nanti. Gereja terus dibabat namun
terus merambat.
Undangan yang kedua, akibat dari
penolakan yang pertama, ditujukan kepada semua orang di jalan-jalan, orang
jahat dan orang baik sehingga penuhlah ruangan perjamuan perkawinan tersebut.
Bagian ini merupakan gambaran dari penerimaan bangsa-bangsa non-Israel terhadap
Yesus Kristus. Lalu apa makna orang yang tidak menggunakan pakaian pesta dalam
perumpamaan tersebut?
Dalam perumpamaan tersebut, pakaian
pesta dimaknai sebagai penerapan firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Orang yang tidak memakai pakaian pesta adalah gambaran orang yang tidak
menghidupi imannya. Sementara orang yang berpakaian pesta merupakan gambaran
orang yang berjuang dalam menumbuhkembangkan imannya. Lalu apakah yang menjadi
pakaian kita? BE No. 31:2 mengatakan “Songon
dia paheanku mandapothon Debata?” Unduk, serep ni rohangku, i do abit na tama.
Dung adong na songon i, tau ma au di Tuhanhi.” Taat dan rendah hati harus
menjadi pakaian/ciri khas orang percaya, sebab “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang
rendah hati” (1 Pet. 5:5)
Allah senantiasa mengundang kita
untuk masuk ke dalam pesta suka cita-Nya? Adakah kita mendengar-Nya? Adakah
kita merespon-Nya? Kalaupun banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih
bukan karena Allah yang terlalu selektif, jangan-jangan manusia yang tidak
responsif. Senangkanlah hati Allah (tema bulan Oktober) dalam ketaatan dan
kerendah hati di hadapan-Nya. Itulah karakter orang-orang pilihan.
Selamat beribadah.
Selamat menggumuli pilihan Tuhan.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar