MINGGU XVI DUNG TRINITATIS
05 OKTOBER 2014
Yesaya 5:1-7
Coba kita bayangkan jika pohon buah-buahan dari bibit terbaik yang kita
tanam, dan rawat sebaik mungkin tidak menghasilkan buah yang lebat dan manis!
Pasti ada kekecewaan, tetapi apakah kita berhenti pada kekecewaan? Renungan
minggu ini Yesaya 5:1-7 tentang bagaimana perasaan pemilik kebun ketika pohon
buah-buahan dari bibit terbaik yang ditanamnya, dan telah dirawat sebaik
mungkin tidak menghasilkan buah yang lebat dan manis tetapi justru menghasilkan
buah yang asam.
Kehidupan bangsa Israel, seperti kebun anggur yang telah di berikan
perawatan yang maksimal, yang menggambarkan bagaimana Allah telah berlaku untuk
menjadikan Yehuda bangsa yang benar dan produktif. Tetapi bangsa tersebut tidak
menghargai semua perbuatan Tuhan, mereka gagal menjadi apa yang diinginkan oleh
Tuhan, karenanya bangsa tersebut terancam binasa. Seperti seorang tukang kebun
membinasakan kebun mereka yang tidak menghasilkan buah yang baik.
Nabi Yesaya mengilustrasikan bangsa Israel sebagai kebun anggur. Yesaya
sebagai penyair kisah ini melambangkan dirinya memiliki “kekasih” yang memiliki
kebun anggur. Siapakah kekasih Yesaya itu? Dia adalah pemilik kebun anggur.
Tuhanlah pemilik segala sesuatunya, dan yang di maksudkannya sebagai kekasih
adalah Tuhan. Anggur adalah tanaman yang sangat dikenal oleh orang Israel, dan
sangat diminati setiap umat yang hidup di zaman itu, anggur juga dipahami
sebagai lambang berkat Tuhan, bahkan dalam pesta-pesta, mereka tidak bisa
kekurangan anggur. (bdk. Yoh 2:1-11)
Cerita tentang pemilik kebun ini diangkat oleh Yesaya untuk menggambarkan
bagaimana serius dan bertanggungjawabnya pemilik kebun untuk mengusahai
kebunnya. Ia memilih lokasi “di lereng bukit yang subur”, Ia mencangkul dan
membuang batu-batunya dan menanaminya dengan bibit pilihan. Batu adalah salah
satu tantangan bagi tumbuhan untuk bertumbuh dengan baik, karena di samping
tidak dapat di tembus oleh akar (menghambat pertumbuhan akar) dan juga
mengurangi zat hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan.
Kesaksian Alkitab menyatakan bahwa “Tanah Kanaan yang berlimpah susu dan
madu” adalah tanah yang diberikan oleh Tuhan bagi umat Israel ketika Dia
memanggil Abraham keluar dari kampung halamannya, inilah yang di juluki dengan
bukit Zion atau di nats ini dikatakan dengan lereng bukit yang subur. Tuhan
sendiri yang menyiapkan tanah itu supaya dapat memberikan kehidupan. Istilah
“pokok Anggur pilihan” kesaksian Alkitab bahwa umat Israel adalah bangsa
pilihan (bdk. I Petrus 2:9).
Kisah sedih kebun anggur yang gagal ini mengingatkan kita, tentang
orang-orang yang tidak menghiraukan Firman Tuhan, terlebih kita yang sudah
dipilih menjadi ahli waris kerajaan sorga, Tuhan sangat menaruh pengharapan
yang besar bagi kita, untuk membawa keadilan, marilah kita menjauhkan diri dari
tindakan kelaliman. Tuhan sangat merindukan kita untuk membawa kebenaran jadi
marilah kita menjauhi tindakan-tindakan yang membuat keonaran.
Menghasilkan buah yang baik melalui prilaku kehidupan yang baik tentulah
menyenangkan hati Tuhan, dan perlindungannya akan senantiasa menyertai kita
untuk melakukan segala kebaikan tersebut. Untuk mengasilkan buah yang baik
dalam perbuatan, kita harus melepaskan diri dari hal-hal lahiriah, mencintai
Yesus lebih dari segalanya (Bdk. Nats Epistel Filipi 3:4b-7), di mana rasul
Paulus berpindah dari jalan “kesenangan sendiri” ke jalan “kebenaran Tuhan”.
Yang di maksud rasul Paulus “keuntungan” itu yang kami maksud dengan jalan
kesenangan di mana dia punya kuasa untuk membunuh pengikut Kristus, dia seorang
yang berpengaruh dihormati. Tetapi semuanya itu justru merupakan kerugian
karena pengenalannya akan Yesus membawa dia berjalan dalam kebenaran, di mana
rasul Paulus harus menyangkal dirinya, dianiaya dan dipenjarakan bukan karena
kesalahannya tetapi semata-mata demi imannya kepada Kristus. Menghasilkan buah
yang baik melalui perbuatan harus mengalami perubahan yang mengakar (radikal).
Paulus sebelum mengikut Yesus adalah penganiaya tetapi setelah di dalam Yesus
justru menderita. Sebelum menjadi pengikut Yesus dia adalah seorang pembunuh,
aktor intelektual dalam kematian Stepanus tetapi setelah mengikut Yesus dia
tidak takut mati. Menghasilkan buah yang baik dalam perbuatan kita hanya dapat
kita lakukan jika kita terus dekat dan melekat pada pohon anggur yang benar,
yaitu Kristus sendirilah pokok anggur yang benar (bdk. Yoh. 15: 4). Amen. ?
Selamat Hari Minggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar