RENUNGAN
MINGGU XX SETELAH TRINITATIS 02 NOPEMBER 2014
(MINGGU
REFORMASI)
MAZMUR 43: 1
– 5
Pemazmur hidup berkabung di bawah impitan musuh
memakai tudung perkabungan seperti orang kemalangan. Gelisah, tertekan, karena
begitu beratnya penderitaannya. Dia merasa Allah telah meninggalkan dia.Siapapun bisa mengalami hal seperti ini, tertekan
karena penderitaan dan beban hidup yang berat. Walau “Masimaloi hita manangkui sahitna” (kita pintar-pintar menutupi
masalah kita). Sehingga banyak orang yang “mengkel
di sihapataran alai tangis di sihabunian” (tertawa di depan umum tetapi
menjerit di kala sendirian). Orang yang miskin menjerit mengapa hidupku seperti
ini? Orang kaya juga merasa susah dan gelisah, takut bangkrut, takut dirampok,
dan takut kehilangan hartanya. Sehingga membangun tembok rumah dengan
tinggi-tinggi, pagar besi dan jeruji besi yang kokoh, serta dijagai Satpam dan
pembantu yang terlatih. Sebelum seseorang mendapat jodoh, kuatir akan menjadi
perawan atau jejaka tua. Namun setelah mendapat jodoh dan berumah tangga banyak
persoalan rumah tangga yang membebani pikiran. Keluarga yang tidak punya anak
merasa hidupnya tidak sempurna, tetapi keluarga yang memiliki banyak anak
berbeban berat karena perilaku anak-anaknya. Itulah kehidupan.Mengapa pemazmur ini begitu
menderita? Apa sumber penderitaannya? Yaitu FITNAH. Ada orang yang tidak setia
kepada Allah, memfitnah pemazmur.Tuhan kita Yesus Kristus juga mengalami penderitaan
karena fitnah dari Saduki, Farisi dan para tua-tua Israel. Yesus disalibkan sebagai
korban persekongkolan orang-orang licik, dan pendusta.Bila fitnah dari orang-orang yang tidak saleh
menyerang kita, apa yang harus kita lakukan?Berharap Kepada TUHAN!1.
Jangan
membalas, namun menyerahkan
persoalannya kepada Allah (ayat 1) “Berilah keadilan kepadaku, ya Allah” (“Badahon ma badangku, ale Debata!”). Epistel (1Tes.2:9-13) Rasul
Paulus meminta dengan sangat, supaya
jemaat Tesalonika hidup sesuai dengan kehendak Allah, yang memanggil mereka ke
dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya. Hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, itulah
keadilan. Pemazmur tahu benar, hanya
Allah yang punya hak untuk membalas, dan mempunyai kemampuan besar untuk itu.
Dia tahu pembalasan hanyalah hak Allah (Ulangan 32: 35, Roma12: 19, Ibr.10:
30). Siapa yang ingin membalas, dia ingin menandingi Allah. Sama seperti
Yeremia dalam Yer. 11: 20, dia berkata: “Belalah aku (Tu Debata ma hugiling badangku)”. Dia membuat Allah menjadi
Pembelanya yang Agung, membiarkan Allah mengurus perkaranya.
2. Engkau tempat Pengasinganku. Tidak melarikan diri kepada dunia dan kuasa kegelapan. Pengungsian bukan “tempat-tempat hiburan”, tempat kemaksiatan. Entertaiment bukan tempat mengungsi yang baik. Obat-obatan, alkohol dan judi, hobby pun bukanlah tempat pengungsian yang baik. Mungkin ada perasaan “terselamatkan”, tetapi sifatnya sementara saja, sering berakhir destruktif. Ke mana pengungsianmu? Saat ada krisis dalam keluarga, ke mana engkau mengungsi. Ke tetangga? Hati-hati, sering pihak ke tiga menjadi perusak keluarga. Pengungsian yang benar adalah TUHAN. Dia akan memberi terang dalam hidup dan jalan. Mazmur 119:105, firmannya pelita kakiku dan terang dalam jalan.
3.
Menuntun/membawa ke gunung
dan tempat kudus, tempat kediaman dan Mezbah TUHAN. Kita menjadi kudus, menjadi milikNya
karena kita sudah dibawa dalam tempat kudusNya. Inilah yang memberi semangat,
memberi kegembiraan, yang tentunya menjadi keberanian menghadapi segala
tantangan.
Bila orang-orang yang tidak
saleh, pendusta dan pembohong memfitnahmu, ingin menyusahkan engkau. Teladanilah
Tuhan kita Yesus Kristus. Serahkan perkaraMu kepada Allah, Dialah yang berhak
membalas. Dia akan memberimu keadilan. Dengan demikian, walau di tengah
serangan para pemfitnah yang jahat, kita akan dapat hidup tenang dan penuh
sukacita. Amin. ? Selamat Hari Minggu.
2. Engkau tempat Pengasinganku. Tidak melarikan diri kepada dunia dan kuasa kegelapan. Pengungsian bukan “tempat-tempat hiburan”, tempat kemaksiatan. Entertaiment bukan tempat mengungsi yang baik. Obat-obatan, alkohol dan judi, hobby pun bukanlah tempat pengungsian yang baik. Mungkin ada perasaan “terselamatkan”, tetapi sifatnya sementara saja, sering berakhir destruktif. Ke mana pengungsianmu? Saat ada krisis dalam keluarga, ke mana engkau mengungsi. Ke tetangga? Hati-hati, sering pihak ke tiga menjadi perusak keluarga. Pengungsian yang benar adalah TUHAN. Dia akan memberi terang dalam hidup dan jalan. Mazmur 119:105, firmannya pelita kakiku dan terang dalam jalan.