Renungan Minggu XIII Trinitatis
Roma 14:1-12
Menurut beberapa
psikolog rata-rata setiap orang mempunyai 700 kesempatan untuk berbicara kepada
orang lain dalam setiap hari. Dan orang yang banyak bicara dalam sehari
menggunakan 12.000 kalimat dan kira-kira 100.000 perkataan. Penelitian
menjelaskan, wanita berbicara sekitar 16.000 – 21.000 kata per hari, dan pria
5.000 – 9.000 kata per hari.
Dari hasil
penelitian ini, kita disadarkan betapa
kita harus hati-hati dengan perkataan kita, karena kekuatan dari perkataan
adalah sangat luar biasa. Perkataan kita memiliki kekuatan menyenangkan atau
menyusahkan hati orang lain. Kita sering tidak dapat menguasai mulut kita
karena kita masih suka mengumpat, menghakimi, berkata-kata kasar, jorok,
membicarakan kelemahan atau kekurangan orang lain (gosip), dan sebagainya.
Mulut kita bias menjadi sangat powerful (berkuasa). Ada banyak orang beroleh
kekuatan dan dibangkitkan semangat hidupnya akibat mendengarkan perkataan orang
lain. Sebaliknya ada pula yang menjadi terluka, hancur, frustrasi dan putus
asa karena terbunuh oleh perkataan yang
disampaikan orang lain.
Berkaitan dengan
itu yang disampaikan kotbah Minggu ini, “Jangan menghakimi”. Paulus menasehati
jemaat di Roma supaya jangan menghakimi. Maksud menghakimi dalam perikope ini,
membenarkan diri sendiri dengan cara menyalahkan yang lain, dan membuka
kekurangan seseorang kepada yang lain. Menghakimi, menyebarkan kesalahan
seseorang dengan tujuan mempermalukan dan merendahkan martabatnya. Supaya kita
jangan suka menghakimi, ketahuilah, bahwa ketika jari telunjuk kita menuduh
seseorang, tiga jari kita menuduh ke arah tubuh kita sendiri. Fakta itu
menunjukkan, bahwa sebenarnya lebih banyak kekurangan kita daripada kekurangan
orang lain. Mengapa kita senang menghakimi orang lain? Orang yang senang
menghakimi adalah orang yang tidak pernah menyadari bahwa selumbar di mata
saudara selalu dilihat, sementara balok di mata sendiri tidak diperhatikan,
Matius 7, 3. Ketahuilah bahwa kata-kata bohong, fitnah dan gossip yang
diucapkan adalah bagaikan kapas yang sudah beterbangan di udara, yang tidak
mungkin lagi dikumpulkan. Oleh sebab itu hati-hatilah menggunakan lidah dan
kata-kata.
Bagaimana seharusnya
perkataan yang membawa berkat dan membangun sesama? Pertama, perkataan penuh
kasih, keramahan, sehingga orang yang mendengarnya dibangun, dikuatkan, dihibur
serta didorong ke arah yang baik. Kedua, perkataan sesuai dengan firman Tuhan,
berisi kesaksian dan nasihat sehingga orang yang mendengarnya diberkati.
“Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu
tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang”, Kol.4,6. Ketiga,
perkataan yang hendak diucapkan, dipikirkan dulu sebelum diucapkan, pepatah
Batak mengatakan “Jolo nidilat bibir asa nidok hata”. Keempat, sesuai dengan
maksud Hukum Taurat Kesembilan, kita diperintahkan untuk mengucapkan hal-hal
yang baik saja, atau membicarakan kebaikan orang lain.
Selamat Hari Minggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar