RENUNGAN
MINGGU
III SETELAH TRINITATIS 06 JULI 2014
Mazmur
145:8-14
Suatu ketika ada dua orang mengadakan perjalanan. Mereka
membawa seekor keledai untuk mengangkut barang barang mereka, sebuah obor untuk
menerangi jalan di waktu malam, dan seeokor ayam, yang merupakan teman keledai
itu. Ayam bertengger di kepala keledai sepanjang perjalanan.
Salah seorang diantaranya sangat saleh dan takut kepada
Tuhan; sedangkan temannya tidak percaya kepada Tuhan. Sepanjang jalan mereka
berbincangbincang tentang Tuhan. “Tuhan itu sangat baik”, kata orang yang
pertama. “Kita buktikan pendapatmu itu apa memang benar Tuhan itu baik”, kata
orang yang kedua. Menjelang petang, mereka tiba di sebuah desa kecil, dan
mereka mencari tempat bermalam. Namun tidak seorang pun bersedia memberi
tumpangan kepada mereka di desa itu. Sehingga mereka meneruskan perjalanan
sampai ke luar desa itu, dan mereka tidur di tengah hutan. “Mana buktinya Tuhan
itu baik”, kata temannya kepada orang saleh itu. “Tuhan telah memutuskan bahwa
di tempat inilah kita bermalam”, kata orang saleh itu. Mereka memasang tempat
tidur mereka di bawah sebuah pohon yang besar, di samping jalan menuju ke desa
tadi, lalu mengikat keledai mereka lima meter dari tempat tidur mereka. Ketika
mereka mau menyalakan obor, tiba tiba kedengaran suara gaduh. Seekor singa
menerkam keledai mereka hingga mati dan menyeretnya ke tengah hutan untuk
dimangsa. Dengan segera kedua orang itu memanjat pohon agar selamat. “Kamu
masih bilang Tuhan itu baik”, kata orang yang tidak percaya itu dengan marah.
“Jika singa itu tidak menerkam keledai kita, ia tentunya
menyerang kita. Tuhan itu memang baik”, jawab orang percaya itu. Beberapa saat
kemudian terdengar jeritan ayam mereka. Dari atas pohon mereka melihat seekor
musang menerkam ayam mereka dan menyeretnya ke atas pohon. Sebelum temannya
berkata sesuatu, orang percaya mengatakan, “Jeritan ayam itu menyelamatkan
kita. Tuhan itu baik”.
Beberapa menit kemudian, hembusan angin kencang
memadamkan obor mereka, yang menjadi satusatunya panghangat badan mereka di
malam kelam itu. Lagilagi orang tidak percaya itu mengejek temannya, ”Tampaknya
kebaikan Tuhan bekerja malam ini”, katanya. Kali ini orang yang pertama diam
saja. Pagi hari berikutnya kedua orang itu kembali menuju desa yang tidak
menginjinkan mereka menginap, untuk mencari makanan. Mereka melihat desa itu
porak poranda karena dijarah gerombolan perampok tadi malam. Melihat itu, orang
percaya itu berkata “Akhirnya terbukti bahwa Tuhan itu baik. Seandainya kita
bermalam tadi malam di desa ini, kita pasti dirampok bersama penduduk desa ini.
Seandainya angin tidak memadamkan obor kita, maka perampok itu, yang pasti
melewati jalan di dekat tempat kita tidur, akan melihat kita dan merampok
barang barang kita. Jelas, Tuhan itu baik”, kata orang percaya itu. Kesaksian
seperti itulah yang disampaikan Pemazmur dalam Mazmur 145 ini. TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh
rahmat terhadap segala yang dijadikanNya, Mazmur 145:9. Sadar akan kebesaran
Tuhan yang tidak terduga dan tidak terpahami, pemazmur dengan semangat yang
meluapluap memuji Tuhan serta menyatakan harapannya agar Tuhan dipuji oleh
segenap generasi. Memuji Tuhan berarti memberitakan, membicarakan, menyanyikan,
memasyhurkan perkerjaan Tuhan atas makhluk ciptaanNya.
Pemazmur memuji
Tuhan karena Dia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih
setiaNya, dan Tuhan itu baik kepada semua orang. KebaikanNya tidak mengenal
batas agama, bangsa, warna kulit dan kedudukan sosial.
Selamat Hari Minggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar