YA
ALLAH,
DENGARKANLAH DOA KAMI!
(Yohanes
11: 1-13)
K
|
ebebasan
hampir tidak terbatas lagi. Orang berlomba-lomba bersuara paling keras. Era
digital malah membuat kekalapan baru yaitu bermedia sosial yang begitu
bersemangat hingga mengabaikan etika. Media sosial bukan menjadi sarana untuk
saling mempererat hubungan pribadi atau kelompok, bagi sebagian orang justru
berwatak asosial, yakni dipenuhi sinisme, agitasi, benci, yang mengancam integrasi
sosial.
Gereja berasal dari bahasa Portugis: Igreja, bahasa Yunani: εκκλησία
(ekklêsia) yang berarti dipanggil keluar (ek=keluar; klesia dari kata kaleo=memanggil).
Gereja adalah kumpulan orang yang telah dipanggil keluar dari kegelapan kepada
terang Tuhan yang ajaib, dengan suatu tugas yang mulia. Gereja sebagai
persekutuan orang percaya pengikut Kristus, haruslah penebar kesejukan, mendatangkan
kebaikan di mana gereja itu berada. Jangan pernah dijadikan tunggangan oleh
pihak-pihak tertentu yang punya agenda tersembunyi melawan firman Tuhan atau jangan
justru menjadi kompor yang memanas-manasi.
Gereja juga sebagai persekutuan dari
umat yang selalu tekun berdoa. Di mana doa sering diumpamakan sebagai bernafas
secara rohani. Komunikasi atau dialog manusia dengan Allah. Ketidaklancaran
kehidupan doa adalah gejala ketidakberesan relasi kita dengan Allah. Kejatuhan
manusia ke dalam dosa pada intinya putusnya hubungan dengan Allah. Syukurlah
bahwa Allah tetap berhasrat untuk bersekutu dengan ciptaan-Nya. Itu sebabnya Ia
mendirikan perjanjian dengan Abraham yang pada puncaknya menghasilkan
pendamaian antara diri-Nya dengan umat-Nya di dalam Yesus Kristus. Dengan
pendamaian yang Yesus Kristus lakukan, pulihlah relasi kita dengan Allah,
terbit pula hasrat kita dengan Allah, kesadaran dan kerinduan untuk berdoa yang
melaluinya kita menumbuhkan relasi kita dengan Allah. Dengan demikian, berdoa
adalah sesuatu yang jauh lebih dalam dan lebih luas daripada sekadar cara untuk
meminta berbagai berkat bagi hidup atau mengalami kuasa Allah atas kebutuhan
hidup. Inti dari doa adalah relasi, komunikasi dengan Allah. Doa seperti inilah
yang kita jumpai dalam kehidupan para tokoh Alkitab. Seperti Abraham, Musa,
Samuel, Daud, Elia, Hizkia, Yeremia, Daniel, Yesus, dan Paulus, doa bukan soal
cara, aturan, atau pun formula, tetapi komunikasi yang sangat menentukan
vitalitas kehidupan dan karya mereka. Berdoa juga bukan sekedar kebiasaan lima
kali atau tujuh kali dalam sehari, tetapi keintiman hubungan dengan Allah. Tentulah
dengan kerendahan hati, seorang murid memohon kepada Yesus, "Tuhan, ajarlah kami berdoa…"
(ay.1). Bagaimanakah doa Anda? Nafas Anda sajakah yang mendengus di dalamnya,
atau terdengar juga nafas bicara Allah di dalamnya? Dalam hubungan yang
intimkah Anda dengan Allah? Doa kita hendaknya mencirikan bahwa seluruh hidup
kita adalah dari, oleh, dan untuk Allah saja!
Doa: Ya Allah di dalam Yesus Kristus, Engkaulah Tuhanku! Jiwaku haus
kepada-Mu. Aku memuji Engkau selama hidupku dan menaikkan tanganku berdoa hanya
demi Nama-Mu. Apabila aku teringat pada-Mu, merenungkan Engkau ya Tuhan
sepanjang hariku, Engkau sungguh menjadi penolong bagiku, di dalam naungan
sayap-Mu jiwaku bersorak-sorai, karena tangan kanan-Mu menopangku. Amin.
Selamat
hari Minggu! (NS).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar