NILAI
DARI
SEBUAH PILIHAN
Daniel 3:21-29
H
|
idup
adalah pilihan dan kesempatan, sebuah kesempatan untuk menentukan masa depan
selanjutnya dalam sikap dan perbuatan, dan pilihan kita juga menentukan
bagaimana dan siapa kita untuk ke depannya. Banyak tawaran dan pilihan kepada
kita, sehingga orang Kristen hendaknya bijak dalam memilih, bijak dalam
menentukan sikap dan mampu melihat dan memahami apa dampak dari seluruh
kebijakan, pilihan dan keputusan. Tetapi yang pasti kita senantiasa
diperhadapkan kepada dua pilihan utama yaitu: ”katakan ya, kalau “ya“ dan tidak
kalau “tidak.” Dan pilihan kita memperlihatkan siapa kita sebenarnya, apakah
kita memiliki integritas diri yang kuat atau tidak, atau apakah kita hanya
untuk mencari keamanan diri.
Sadrakh, Mesakh dan Abednego diperhadapkan
pada dua pilihan oleh Raja Nabukadnezar: Pertama: Menaati perintah Nebukadnesar untk menyembah kepadanya dan kepada ilah-ilah yang mereka sembah dengan jaminan beroleh pengampunan dan keselamatan dari raja. Atau kedua: menolak tawaran pertama, artinya menolak untuk turut perintah raja dalam masalah iman, tetapi sebagai warga negara yang baik mereka taat hukum, mereka bekerja dengan sungguh demi kemakmuran bangsa Babel. Mereka sadar
sebagai umat tawanan, itu sebabnya mereka bersungguh memperlihatkan apa yang terbaik dalam takut akan Tuhan. Mereka lebih memilih setia kepada Allah dan tetap beribadah kepada-Nya walaupun ancaman hukuman mati menanti mereka, dibakar dalam api yang menyala-nyala. Tentu sebuah pilihan yang sulit bagi seseorang yang tidak memiliki integritas/komitmen, sebab setiap pilihan akan dapat mengubah sikap dan pendirian. Mereka yang lebih mencari hidup aman, tentu akan sejalan dengan apa yang diinginkan oleh dunia ini, tetapi mereka yang akan memiliki hidup yang sesungguhnya, tentu akan mampu berhadapan dengan resiko.
Sadrakh,
Mesakh, Abednego memperlihatkan keteladanan iman yang terpuji, syarat yang
sangat menarik tidak dapat mengubah pendirian, sikap dan komitmen iman mereka
akan Tuhan Allah. Amarah sang raja tidak menggetarkan hati mereka, sebab mereka
lebih takut kepada Allah yang mereka sembah, sebab mereka mengenal Tuhan Allah,
dan mereka melihat bahwa kesetiaan iman mereka akan Tuhan tidak akan sia-sia.
Kesungguhan iman mereka Akan Tuhan Allah, membuat Raja Nebukadnezar takjub,
yang pada akhirnya mengakui kemuliaan Allah. Raja Nebukadnezar melihat segala
apa yang diperbuat Allah kepada mereka bertiga, melindunginya dari api (ay.25).
Kesungguhan iman mereka membawa Nebukadnezar kepada pengakuan akan kemuliaan
dan kemahakuasaan Allah sehingga Raja itu mengeluarkan maklumat kepada seluruh
bangsa Babel untuk menghargai, menghormati Allah yang disembah Mesakh, Sadrakh
dan Abednego (ay. 28-29). Dan oleh iman dan ketaatan mereka (Sadrakh, Mesakh
dan Abednego) kepada Allah, Raja memberikan mereka kedudukan yang lebih tinggi
dalam pemerintahan di wilayah Babel (ay. 30). Nebukadnezar juga mengajak
seluruh rakyatnya untuk mengakui kemuliaan Allah (Pil. 2:10-11) ”Supaya di
dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di bumi
dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: ”Yesus Kristus adalah
Tuhan“ bagi kemuliaan Allah. Untuk itu, sekalipun tuntutan zaman maupun tekanan
politik mendesak kita, kita harus tetap setia pada Allah Tuhan kita. Amin. (HS).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar