Mintalah Hikmat dari Tuhan
(1 Rajaraja 3:4-12)
Setiap manusia mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda, alhasil
berbeda juga setiap keinginan dan permintaannya sesuai dengan kebutuhan atau
selera. Ada
orang yang ingin memiliki kekuasaan, kekayaan, jabatan. Akan tetapi kalau kita
coba mencermati, boleh jadi apa yang dia miliki tidak dapat mencerminkan
kehidupannya yang baik dan benar, sebab ada kecenderungan mereka yang memiliki
kekayaan, jabatan, kekuasaan akan memakainya demi kepuasan diri, bukan untuk
dipergunakan demi kesejahteraan
orang banyak. Misalnya, banyak orang berebut kekuasaan, jabatan, bukan untuk
melayani tetapi untuk dilayani, dihormati, disegani, mereka mempergunakan
kekuasaannya untuk kepuasan diri, memperlihatkan kesombongan dan arogansi diri,
dan bahkan ilmu pengetahuan atau gelar akademis yang dimiliki hanya untuk sebuah
kesombongan moral, untuk mendikte orang lain. Menjadi perenungan: seandainyalah apa yang kita
miliki seperti harta kekayaan, jabatan, pengetahuan, kekuasaan dapat
dipergunakan untuk menolong mereka yang patut untuk ditolong, mungkin damai
sejahtera akan terwujud, minimal akan menghilangkan kecemburuan sosial, kasta-kasta dalam
masyarakat. Seorang
pemimpin yang benar, adalah jikalau dia mampu mengkader atau mempersiapkan
orang lain untuk jadi pemimpin kelak. Artinya dia tidak berorientasi pada dirinya sendiri
tetapi adalah untuk kelanjutan sebuah pekerjaan. Seseorang akan menjadi bijak
tidak ditentukan tingkat pendidikan akademik, seseorang dihargai bukan karena
dia memperoleh jabatan atau kekuasaan, kekayaan, akan tetapi seseorang akan
dihargai jikalau dia mau menghargai orang lain. Semuanya bisa terjadi kalau
masing-masing
menyadari, bahwa dia juga membutuhkan dan juga dibutuhkan orang lain, sehingga dia akan senantiasa belajar
untuk memahami dunia sekitarnya, dan terutama memahami dirinya sendiri. Seandainya
kepada kita ada diberikan kesempatan memilih dan meminta apa saja dalam hidup
ini, tentu akan bermacam permintaan dan keinginan kita, walaupun kita terkadang
tidak menyadari sebegitu
pokok atau bermanfaatkah
yang kita minta atau tidak. Raja Salomo memberikan kita contoh keteladanan
dalam memilih. Dia sadar akan ketidakmampuannya memimpin Israel yang diketahui
bangsa yang bebal dan sulit diatur. Dia belajar dari raja pendahulunya (Daud, Ayahnya);
artinya dia mengetahui kebutuhannya setelah dia pelajari dan amati
kecenderungan manusia
yang akan dia pimpin. Akhirnya Salomo meminta hikmat, dan kebijaksaan,
bukan harta, bukan panjang umur atau kekuasaan, sebab dengan berhikmat dia akan
mampu menjawab setiap persoalan yang dihadapi bangsanya, dan dengan hikmat dia
akan mampu memberikan suatu keputusan, baik hukum maupun moral: ”Maka
berikanlah kepada hambaMu ini hati yang paham menimbang perkara untuk
menghakimi umatMu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat,
sebab siapakah yang sanggup mmenghakimi umatMu yang besar ini“ (ay 9). ...maka
sesungguhnya Aku memberikan kepadamu hikmat dan pengertian (ay 11-12).
Jadilah orang yang berhikmat dan orang yang takut akan Tuhan. Syalom. (HS)