MINGGU XXII DUNG TRINITATIS 16 NOVEMBER 2014
Hari
Tuhan Sudah Dekat (Zefanya
1:7+12-18)
Ada yang tahu kapan harga Bahan Bakar Minyak
(BBM) naik? Ada yang mengatakan sebelum 1 Januari 2015. Ada pula yang
mengatakan sebelum akhir Nopember 2014. Bagaimana respon masyarakat terhadap
rencana kenaikan tersebut? Sebagian pedagang menjadi panik karena beberapa
kebutuhan pokok sudah lebih dahulu naik. Para pembeli pun, khususnya ibu-ibu,
emosinya ikutan naik. Pemuda/i yang belum menikah pun ikutan panik, sebab biaya
catering, gedung dan sinamot terpaksa naik.
Kalau rencana kenaikan BBM membuat
masyarakat resah dan gelisah, bagaimana dengan hari kedatangan Tuhan? Adakah
yang panik atau justru tak mau tahu? Kita tentu sudah sering membaca atau
mendengar tentang gambaran keadaan kedatangan Tuhan. Kitab Zefanya
menggambarkannya dengan hari “kegemasan, kesusahan dan kesulitan, kemusnahan
dan pemusnahan, kegelapan dan kesuraman, berawan dan kelam … sebab mereka telah
berdosa kepada TUHAN (1:15,17).” Israel
memiliki harta namun dipakai untuk membangun dan menyembah Baal (1:4). Mereka
menyangka harta kekayaannya dapat menyelamatkan dirinya. Akhirnya Tuhan murka.
Melalui Zefanya, Ia menubuatkan hukuman kepada Yehuda “Maka harta kekayaannya akan dirampas dan
rumah-rumahnya akan menjadi sunyi sepi…” (1:13).
Setiap hari adalah harinya Tuhan. Lalu
apa yang harus dilakukan? Tak perlu
resah dan gelisah tetapi pertama, berdiam dirilah di hadapan Tuhan ALLAH!
(1:7). Berdiam diri bukan berarti pasif tetapi aktif; bukan mengeluh tetapi patuh;
bukan menyerah tetapi berserah
dengan hidup adil dan rendah hati di hadapan-Nya (2:3).
Itulah sikap hidup yang diam di hadapan-Nya. Mungkin kita surplus berbicara dan menuntut, namun minus bertanya kepada-Nya. Sedih rasanya mendengar orang Kristen, oleh
karena kesibukan, telah merenggut dirinya dari hadapan Tuhan. Di tengah
persaingan, masih adakah yang berdiam diri di hadapan Tuhan? Di tengah
ketakutan, dan keputusasaan, masih adakah yang berdiam diri di hadapan Tuhan?
Di tengah beratnya pergumulan akibat tingkah laku anak, orangtua, pasangan,
sesama, atau sakit menahun, dll masih adakah yang berdiam diri di hadapan
Tuhan? Kecenderungan dewasa ini orang justru susah berdiam diri tetapi
menyibukkan diri. Sepertinya, hampir tidak ada lagi waktu untuk bermeditasi dan
berkontemplasi. Semuanya dikejar waktu dan target. Celakanya, banyak yang
menghubungkan waktu dan target dengan prestasi dan penonjolan diri.
Kedua, “Menanam pohon apel”. Ungkapan Martin
Luther +/- 497 tahun yang lalu itu ternyata masih relevan hingga kini. “Seandainya
pun saya tahu besok dunia akan berakhir,
saya akan tetap menanam pohon apel hari ini,” ungkapnya. Manusia tidak
mengetahui kedatangan Kristus yang kedua kali tetapi manusia mengetahui apa
yang dikehendaki-Nya yaitu menanam pohon apel: hidup dalam pengharapan dan kebaikan. Bukan pengharapan palsu dan
kebaikan semu melainkan yang meneguhkan dan menumbuhkan. Apakah orang percaya
akan mengulangi kembali kejahatan Yehuda yang menaburkan dan menghamburkan
hartanya untuk baal? Hari ini, ibadah Pesta Gotilon dan HUT ke-35 HKBP Pondok
Gede, menyegarkan kembali ingatan kita untuk menghitung dan mensyukuri kebaikan
Tuhan Yesus Kristus yang tertanam dalam hidup kita. “Sudahkah yang terbaik ku berikan kepada Tuhan?” Selamat
ulang tahun dan pesta gotilon. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar