MINGGU XXI DUNG TRINITATIS 09 NOVEMBER 2014
MANUSIA BIJAKSANA DAN MANUSIA BODOH
(Mateus 25 : 1 – 13)
Matius 25 ini berisi 3 (tiga) perumpamaan tentang penghakiman terakhir.
Bagaimana sikap dan perbuatan yang benar dari orang-orang
percaya dan yang tidak percaya, serta apa upah yg akan mereka terima.
Ini merupakan perumpamaan, bukan menjadikan pedoman mengkalkulasikan
apalagi membuat satu kesimpulan bahwa manusia itu 50% yang bijaksana dan 50%
yang bodoh, terutama saat kedatangan Tuhan Yesus yang keduakalinya. Dan satu
hal lagi, orang bodoh (foolish) bukan berarti yang tidak berpendidikan, dan
orang bijaksana (wise) adalah yang pintar/berpendidikan. Ini soal IMAN, bukan intelektual. Bagaimana
manusia itu didalam Iman selalu Siap
Siaga/waspada menunggu akan datangnya Tuhan Yesus yang kedua kalinya.Secara
sederhana bodoh adalah sikap yang tidak mau diajar oleh kebenaran firman Tuhan
(betapapun tinggi inteligensinya, orang itu tetap adalah bodoh), sedangkan
bijaksana adalah mereka yang mendengar dan melakukan firman Tuhan (betapapun
sederhana pemikiran orang tersebut). Dalam pengertian yang lebih khusus, bodoh
berarti tidak mempersiapkan diri dengan baik, sementara bijaksana berarti
bersiap dan berjaga-jaga.
Setiap umat percaya perlu setiap saat untuk memperlengkapi diri. Mempelai
perempuan (10 orang) tersebut diberi kesempatan secara bebas memperlengkapi
dirinya untuk turut serta ke perjamuan kawin (marriage party) tersebut. Pelita
dan minyak, juga cadangan/tambahan minyak harus dipersiapkan. Berarti persiapan
harus lebih extra. Minyak (Firman Tuhan), Pelita (Semangat hidup/Pengharapan)
selalu menyala-nyala. Itulah perlengkapan yang harus selalu ada dalam diri umat
yang percaya kepada Tuhan.
Kedatangan Tuhan tidak ada yang mengetahui, kapan!!Dikatakan
“terlambat datang”. Tuhan bisa terlambat? Di sinilah kesulitannya, manusia
seringkali menilai Tuhan dari cara pandangnya sendiri. Pada kenyataannya, Tuhan
tidak dikuasai oleh waktu kita, sebaliknya saat di mana Tuhan datang yang akan
mengakhiri waktu kita! Seringkali kita membelenggu Tuhan dalam pola pemikiran
kita yang terbatas. Allah adalah Allah yang berdaulat, kapan Dia akan datang
kembali, itu adalah sepenuhnya berada dalam kehendak kedaulatanNya. Dia memang
seolah datang terlambat. Mengapa Tuhan sengaja mengulur-ulur waktu? Yang pertama, menyatakan bahwa Dia adalah
Tuhan atas waktu, Dia yang menetapkan saatNya, bukan kita. Kedua, ini ujian untuk mengetahui sikap manusia yang sesungguhnya.
Bukan karena tertunda lalu manusia boleh membenarkan diri untuk tidak
mempersiapkan diri. Saat persiapan diri kurang atau sama sekali tidak ada oleh
karena kesibukan duniawi, Tuhan (mempelai) datang! Manusia selalu berpikir
masih ada kesempatan untuk bertobat, selalu berpikir ‘the last minute’akan sanggup menyelesaikan persiapan. Mereka
adalah orang-orang malas, sombong. Sangkanya mereka masih diberi kesempatan
oleh Tuhan untuk mempersembahkan diri mereka pada menit-menit terakhir sebelum
kematian menjumpai mereka. Yang lebih konyol lagi adalahberpikir bahwa selama
ini sudah mengenal Tuhan itu (istilah:
‘sok kenal/akrab’), hidup bersama, melayaniNya, namun kenyataannya, Tuhan
menyatakan tidak mengenal mereka. Firman Tuhan dalam Matius 7:21-23 “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku:
Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan
kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru
kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir
setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu
itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah
mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”
Apakah saudara sudah benar-benar mempersiapkan diri menunggu kedatanganNya?
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar