KESATUAN DAN DAMAI DALAM TUHAN
(Efesus 2:
11-22)
P |
erbedaan rasial pernah
sebagai penghambat kesatuan untuk saling menerima satu dengan yang lain. Bukan
hanya karena persoalan warna kulit, jenis rambut atau bentuk mata. Seringkali juga
karena dampak sejarah pahit, prinsip hidup yang berbeda dan bertabrakan, kebiasaan-kebiasaan
kecil yang berlainan. Sungguh tidak mudah untuk membangun kesatuan di tengah
keragaman.
Bagaimana perspektif Alkitab menyikapi
situasi tentang perbedaan dan pembedaan rasial? Bagaimana orang-orang Kristen bersikap?
Kitab
Efesus memaparkan kehidupan kristiani sebagai kehidupan bersama sebagai tubuh
Kristus.
Dalam perikop ini, Paulus sedang membahas sebuah persoalan yang pelik dan
sensitif, yaitu perbedaan etnis antara bangsa Yahudi dan non-Yahudi. Masing-masing
pihak merasa diri lebih baik daripada yang lain. Orang Yahudi memandang etnis
lain sebagai orang-orang fasik, menyamakan etnis lain dengan sesuatu yang najis
(Matius 15:26). Sebaliknya, bangsa Yunani melihat orang-orang Yahudi sebagai
kaum barbar tidak beradab. Dengan stereotipe negatif seperti ini, tidak heran
jika orang-orang Yahudi dilarang dengan keras untuk masuk ke rumah non-Yahudi
(Kisah para Rasul 10:28). Pendeknya relasi mereka diwarnai dengan kesombongan,
kebencian, dan kepahitan. Karenanya mereka tidak memiliki persekutuan bersama.
Namun rasul Paulus memiliki kabar baik. Dua
kubu yang dulu terpisah jauh, kini didekatkan melalui Kristus. (Efesus 2:13).
Kristus membawa pendamaian untuk kedua pihak. Di dalam Allah bangsa Yahudi dan
Yunani dipersatukan. Mereka melintasi jalan masuk yang sama, melalui Kristus.
Mereka memiliki tujuan yang sama dalam Kristus. Keduanya tidak lagi terasing
dari Allah. Karya Kristus ini seharusnya lebih dari cukup untuk menjadi fondasi
bagi kesatuan jemaat. Tidak boleh ada perbedaan apapun yang bisa menguranginya.
Kesatuan di dalam Kristus jauh lebih fundamental daripada semua perbedaan yang ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar