Indahnya Berbagi Pengalaman
(Mazmur 25:1-7)
Kita sering mendengar istilah: “Sahabat yang
baik adalah sahabat yang ada saat kita membutuhkannya“, artinya ada saatnya
ketika kita menghadapi persoalan hidup, yang kita butuhkan adalah sebuah pendampingan,
baik itu pendampingan ekonomi, teman tukar pikiran, menjadi mentor ataupun motivator, yang pasti kita butuh ada orang yang berkenan untuk mendengarkan apa
yang kita keluhkan dan pikirkan, dengan demikian kita akan merasa dikuatkan,
disemangati dll. Mengapa? Karena banyak orang yang membangun sebuah persahabatan
karena memiliki kepentingan tertentu dalam artian ada keuntungan yang mau dia
dapat, sehingga ketika kita jatuh mereka akan meninggalkan kita (bandingkan
sahabat-sahabat
Ayub, seperti Bildad, Sopar dan Elifas, menjadi sahabat Ayub
saat dia kaya, tetapi saat Ayub menderita, sahabat-sahabatnya ikut mencela dan
menghakiminya). Itu sebabnya kita diajak untuk memahami dan mengetahui
bagaimana caranya kita mengatasi persoalan yang kita hadapi juga tergantung
bagaimana kita menyikapi dan memahami persoalan yang kita hadapi, seperti akan permasalahannya dan
dampaknya kepada kehidupan kita.
Kita semua
pasti akan menghadapi berbagai macam persoalan kehidupan masing-masing,
seperti misalnya Raja Daud yang mengalami penolakan dari Raja Saul dan bahkan
Saul sampai membencinya, boleh jadi karena tidak mampu menerima keberhasilan
Daud, tidak mampu menerima
jikalau banyak orang mengeluelukan Daud. Juga bagaimana Absalom yang bermaksud
merampas kekuasaannya (mengkudeta); dan musuh-musuhnya juga berusaha untuk menjatuhkannya. Akan tetapi satu hal yang
menarik dalam kehidupan Daud adalah bagaimana pergumulan dan kesulitan itu
mampu menempa imannya semakin dewasa kepada Tuhan. Dia percaya bahwa Tuhanlah
yang mengangkatnya menjadi raja, sehingga kepada-Nyalah Daud bersandar, menyampaikan segala keluh kesahnya juga daripada-Nyalah
Daud menerima bimbingan dan arahan kehidupan. Daud dalam imannya menjadikan
Allah sebagai Tuhan dan sahabatnya, tempatnya mengadu, tempatnya berkeluh
kesah: ”Kepada-Mu ku
angkat jiwaku....kepada-Mu aku
percaya (ay. 1-2).
Daud
memperlihatkan sikap penyerahan diri yang mutlak di hadapan Tuhan, kepada Tuhan
dia mengaku dosa-dosa
yang telah dia perbuat, dosa yang senantiasa membanyangi kehidupannya (saat ia mengambil Berseba dari Uria
menjadi isterinya). Kepadamu kuangkat jiwaku: ”nefesy“ memperlihatkan
seluruh totalitas kehidupannya dia serahkan kepada Tuhan, dia mau
berbagi akan penderitaannya, pergumulannya tanpa ragu, sebab Daud Percaya,
Allah mau menerimanya sebagai sahabat, yang mau mendengar seluruh keluh
kesahnya dan mau menolongnya untuk keluar dari pergumulannya. Menjadikan Tuhan
sebagai sahabat, tempat kita berkeluh kesah, sekaligus mendengarkan dan hidup
dalam Firman-Nya
serta seluruh ketentuan hidup yang ditawarkan Tuhan. Tidak hanya mengadu, tapi
juga mau mendengar dan berbuat, melakukan kebenaran dan kasih. Selamat hari Minggu.
(HS).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar